Selama ini mukjizat Rasulullah SAW adalah mukjizat hissiyah. Beliau
membelah bulan; batu mengucapkan salam; batang kayu menangis; air
mengucur dari celah jarinya; makanan sedikit yang didoakan sehingga
cukup untuk banyak orang; daging bakar berbicara; Abu Jahal terpaku saat
hendak menjatuhkan batu saat Rasulullah SAW sujud, dan sebagainya
lainnya.
Kita juga mengenal mukjizat beliau yang sangat agung,
yaitu Al-Qur’an. Mukjizat ini menantang setiap orang membuat sebuah
kitab dengan kehebatan seperti kehebatannya. Kehebatan kitab ini
terletak di antaranya pada sisi bahasa yang sangat indah; menceritakan
sejarah yang benar di masa lalu; mengandung hukum adil dan mudah
diterapkan; isyarat-isyarat ilmiah dalam berbagai bidang; dan
sebagainya.
Namun jarang di antara kita yang menganggap akhlak Rasulullah SAW sebagai sebuah mukjizat. Padahal Allah swt. berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4].
Akhlak
beliau agung, berarti tidak ada seorang pun yang bisa mempunyai akhlak
seperti akhlak beliau. Tidak ada yang bisa menandinginya. Hal ini bukan
karena apa-apa, tapi karena beliau adalah seorang nabi. Berarti akhlak
beliau adalah mukjizat, salah satu bukti kenabian Muhammad SAW.
Muhammad SAW Adalah Manusia Biasa
Rasulullah
SAW adalah manusia biasa. Bukan manusia tuhan, atau setengah tuhan.
Bukan malaikat, atau setengah malaikat. Beliau benar-benar manusia
biasa, tapi dipilih oleh Allah swt. untuk mengemban risalah-Nya.
Ini
adalah sebuah keuntungan bagi umat manusia. Bisa diteladani, karena
kesamaan bentuk, karakter, kebutuhan, kecenderungan, dan sebagainya.
Jika beliau berupa malaikat, manusia tidak akan bisa meneladani karena
malaikat tidak makan, minum, berbuat dosa, dan sebagainya.
Tidak
ada alasan untuk menolak ajaran yang dibawa. Kalau rasul berupa
malaikat, banyak manusia yang menolak ajaran dengan alasan rasul bisa
melaksanakan kewajiban karena dia malaikat, sedangkan mereka bukan
malaikat makanya tidak bisa melaksanakan. Allah swt. berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” [Al-Kahfi; 110].
Dakwah
beliau juga berbeda dengan dakwah yang lainnya; dimenangkan dengan
usaha manusiawi, bukan dengan mukjizat luar biasa. Para penentang
dakwahnya tidak dikalahkan dengan banjir seperi kaum nabi Nuh as.,
dengan laut seperti Fir’an dan pasukannya. Tapi dikalahkan dengan
strategi hasil pemikiran manusia. Bahkan ketika malaikat gunung menawari
Rasulullah SAW membinaskan kaum Thaif dengan ditimpakan gunung kepada
mereka, beliau menolaknya.
Akhlak Bukti Kenabian Beliau
Beliau
terkenal dengan julukan Ash-Shadiqul Amin. Jujur dalam berkata; amanah
dalam menjaga dan menyampaikan. Akhlak bisa dijadikan bukti kenabian,
karena orang yang berakhlak mulia tidak akan berbohong ketika mengaku
menjadi nabi, tidak akan mencelakakan kaumnya ketika memerintahkan
sesuatu, dan akan berjuang dan berkorban untuk kebaikan kaumnya.
Hanya
sedikit sahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam setelah melihat
mukjizat. Hampir semuanya masuk Islam karena melihat akhlak Rasulullah
saw. Bahkan ketika orang-orang musyrikin meminta diperlihatkan mukjizat,
mereka tidak beriman setelah benar-benar melihatnya. Allah swt.
berfirman:
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah
bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda
(mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus
menerus.” Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu
mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” [Al-Qamar: 1-3].
Ibunda
Khadijah ra. mengetahui benar bagaimana akhlak mulia suaminya, misalnya
menyambung tali kekerabatan, menanggung beban keluarga, menjamu tamu,
membantu orang miskin, membantu dalam musibah, dan sebagainya. Saat
beriman, beliau belum melihat satu mukjizat pun pada diri Rasulullah SAW
Bahkan beliaulah yang menguatkan hati Rasulullah saw. ketika bimbang
saat didatangi malaikat Jibril as.
Abu Bakar ra. adalah kawan
karib Rasulullah saw. Tahu benar bagaimana kejujuran Rasulullah saw.
Sehingga ketika mengaku menjadi nabi, Abu Bakar ra. langsung beriman dan
mendakwahkan agama yang baru kepada musyrikin yang lain.
Raja
Najasyi ra. Raja negeri Habasyah ini tidak pernah bertemu dengan
Rasulullah SAW. Namun ketika mendengarkan sifat-sifat dan perjalanan
dakwah beliau, Najasyi langsung meyakini bahwa Muhammad saw. adalah
penerus Isa as. (msa/dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar