Sifat mulia dari Rasulullah s.a.w. telah diperlihatkan dalam
ratusan kejadian dan kenyataannya bersinar terang seperti sang surya.
Sifat-sifat seperti murah hati, welas asih, pengurbanan, keberanian,
kesalehan, kepuasan hati atas apa yang ada serta menarik diri dari
duniawi, semuanya itu jelas sekali pada sosok Nabi Suci Muhammad
Rasulullah s.a.w. dibanding dengan Nabi-nabi lainnya.
Rencana Tuhan berkaitan dengan para Nabi dan orang-orang suci adalah agar mereka itu memperlihatkan dan menegakkan semua bentuk dari sifat-sifat akhlak yang mulia. Guna memenuhi rencana demikian maka Allah s.w.t. membagi kehidupan mereka dalam dua bagian. Bagian pertama kehidupan mereka dilalui dalam kesengsaraan dan berbagai penderitaan dimana mereka itu disiksa dan dianiaya, dimana melalui tahapan ini mereka akan memperlihatkan akhlak luhur yang hanya bisa dikemukakan pada saat keadaan sedang sulit. Bila mereka ini tidak diharuskan menjalani kesulitan yang besar maka sukar untuk menegaskan bahwa mereka benar-benar tetap setia kepada Tuhan-nya dalam segala kesulitan serta tetap bersiteguh maju terus dalam upayanya. Mereka bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa bahwa mereka telah dipilih-Nya sebagai sosok yang patut teraniaya di jalan Allah.
Tuhan yang Maha Agung mendera mereka dengan segala cobaan agar terlihat jelas bagaimana manifestasi keteguhan hati dan kesetiaan mereka kepada Tuhan mereka. Dalam hal ini sebagaimana dalam peribahasa, nyata bahwa keteguhan hati itu lebih tinggi nilainya daripada mukjizat. Keteguhan hati yang sempurna tidak akan terlihat jika tidak ada kesulitan besar yang dihadapi dan hanya bisa dihargai jika orang tahu bahwa yang bersangkutan memang telah mengalami goncangan yang dahsyat. Semua musibah tersebut merupakan berkat ruhani bagi para Nabi dan orang-orang suci karena melalui hal itulah sifat-sifat mulia mereka yang tidak ada tandingannya menjadi nyata dan derajat mereka akan ditinggikan di akhirat.
Bila mereka tidak ada mengalami cobaan yang berat maka mereka tidak akan memperoleh berkat-berkat tersebut, tidak juga sifat mulia mereka menjadi tampak kepada umat manusia. Keteguhan hati, kesetiaan dan keberanian mereka tidak akan diakui secara universal. Mereka itu menjadi tiada tara dan tanpa tandingan serta demikian berani dan sempurna sehingga masing-masing dari mereka itu sepadan dengan seribu singa yang berada dalam satu tubuh atau seribu harimau dalam satu kerangka. Dengan cara demikian itulah kekuatan dan kekuasaan mereka menjadi suatu yang diagungkan dalam pandangan manusia dan mereka mencapai tingkatan tinggi dalam kedekatan kepada Allah s.w.t.
Bagian kedua dari kehidupan para Nabi dan orang-orang suci adalah saat kemenangan, derajat mulia dan kekayaan dilimpahkan kepada mereka dimana pada saat itu pun mereka akan memperlihatkan akhlak mulia mereka yang memang efektif pada saat mereka menggenggam kemenangan, kekayaan dan kekuasaan. Mengampuni mereka yang tadinya menyiksa, bersabar hati terhadap para penganiaya, mencintai musuh, tidak mencintai kekayaan atau bangga terhadapnya, membuka gerbang berkat dan kemurahan hati, tidak menjadikan kekayaan sebagai sarana pemuas diri, tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat penindasan, semuanya itu merupakan sifat-sifat mulia dengan persyaratan bahwa yang bersangkutan memang sedang memiliki kekuasaan dan kekayaan. Para Nabi dan orang-orang suci itu malah akan memperlihatkan semua sifat mulia itu saat mereka telah memiliki kekuasaan dan kekayaan.
Kedua bentuk sifat-sifat akhlak mulia tersebut tidak mungkin dimanifestasikan tanpa melalui tahapan kesulitan dan cobaan serta tahapan kekuasaan dan kemakmuran. Kebijaksanaan yang sempurna dari Allah s.w.t. mengharuskan bahwa para Nabi dan orang-orang suci diberikan kedua bentuk kesempatan tersebut yang sebenarnya merupakan realisasi ribuan berkat. Hanya saja urut-urutan dari kondisi demikian tidak akan sama bagi setiap orang. Kebijakan Ilahi menentukan bahwa beberapa orang akan mengalami periode kedamaian dan kenyamanan mendahului periode kesulitan, sedangkan pada yang lainnya dimulai dengan periode kesulitan sebelum datangnya pertolongan Tuhan. Dalam beberapa kejadian, kondisi demikian tidak terlalu jelas perbedaannya sedangkan pada yang lainnya dimanifestasikan secara sempurna.
Berkaitan dengan hal ini yang paling menonjol adalah Rasulullah s.a.w. karena kedua kondisi itu dikenakan secara sempurna atas wujud beliau sedemikian rupa sehingga sifat akhlak beliau menjadi bersinar cemerlang laiknya matahari, dan semua itu tercermin dalam ayat:
“Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak luhur”. (S.68 Al-Qalam:5).
Jika dinilai bahwa Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih Allah s.w.t. Pendapat ini memupus keberatan sebagian orang akan akhlak Nabi Isa a.s. yang dianggap tidak cukup sempurna menghadapi kedua kondisi tersebut. Memang benar bahwa Nabi Isa a.s. menunjukkan keteguhan hati dalam keadaan kesulitan, hanya saja bentuk kesempurnaan akhlak tersebut baru akan terlihat sempurna jika saja pada saat itu Nabi Isa memperoleh kekuasaan dan keunggulan di atas para penganiaya beliau dan beliau kemudian mengampuni mereka dari lubuk hati yang paling dalam sebagaimana halnya perlakuan Rasulullah s.a.w. terhadap penduduk Mekah saat kota itu takluk kepada umat Islam. Penduduk kota Mekah memperoleh pengampunan penuh kecuali beberapa orang yang ditetapkan Tuhan harus menjalani hukuman karena kejahatan mereka yang luar biasa.
Rasulullah s.a.w. setelah mencapai kemenangan malah mengumumkan:
Rencana Tuhan berkaitan dengan para Nabi dan orang-orang suci adalah agar mereka itu memperlihatkan dan menegakkan semua bentuk dari sifat-sifat akhlak yang mulia. Guna memenuhi rencana demikian maka Allah s.w.t. membagi kehidupan mereka dalam dua bagian. Bagian pertama kehidupan mereka dilalui dalam kesengsaraan dan berbagai penderitaan dimana mereka itu disiksa dan dianiaya, dimana melalui tahapan ini mereka akan memperlihatkan akhlak luhur yang hanya bisa dikemukakan pada saat keadaan sedang sulit. Bila mereka ini tidak diharuskan menjalani kesulitan yang besar maka sukar untuk menegaskan bahwa mereka benar-benar tetap setia kepada Tuhan-nya dalam segala kesulitan serta tetap bersiteguh maju terus dalam upayanya. Mereka bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa bahwa mereka telah dipilih-Nya sebagai sosok yang patut teraniaya di jalan Allah.
Tuhan yang Maha Agung mendera mereka dengan segala cobaan agar terlihat jelas bagaimana manifestasi keteguhan hati dan kesetiaan mereka kepada Tuhan mereka. Dalam hal ini sebagaimana dalam peribahasa, nyata bahwa keteguhan hati itu lebih tinggi nilainya daripada mukjizat. Keteguhan hati yang sempurna tidak akan terlihat jika tidak ada kesulitan besar yang dihadapi dan hanya bisa dihargai jika orang tahu bahwa yang bersangkutan memang telah mengalami goncangan yang dahsyat. Semua musibah tersebut merupakan berkat ruhani bagi para Nabi dan orang-orang suci karena melalui hal itulah sifat-sifat mulia mereka yang tidak ada tandingannya menjadi nyata dan derajat mereka akan ditinggikan di akhirat.
Bila mereka tidak ada mengalami cobaan yang berat maka mereka tidak akan memperoleh berkat-berkat tersebut, tidak juga sifat mulia mereka menjadi tampak kepada umat manusia. Keteguhan hati, kesetiaan dan keberanian mereka tidak akan diakui secara universal. Mereka itu menjadi tiada tara dan tanpa tandingan serta demikian berani dan sempurna sehingga masing-masing dari mereka itu sepadan dengan seribu singa yang berada dalam satu tubuh atau seribu harimau dalam satu kerangka. Dengan cara demikian itulah kekuatan dan kekuasaan mereka menjadi suatu yang diagungkan dalam pandangan manusia dan mereka mencapai tingkatan tinggi dalam kedekatan kepada Allah s.w.t.
Bagian kedua dari kehidupan para Nabi dan orang-orang suci adalah saat kemenangan, derajat mulia dan kekayaan dilimpahkan kepada mereka dimana pada saat itu pun mereka akan memperlihatkan akhlak mulia mereka yang memang efektif pada saat mereka menggenggam kemenangan, kekayaan dan kekuasaan. Mengampuni mereka yang tadinya menyiksa, bersabar hati terhadap para penganiaya, mencintai musuh, tidak mencintai kekayaan atau bangga terhadapnya, membuka gerbang berkat dan kemurahan hati, tidak menjadikan kekayaan sebagai sarana pemuas diri, tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat penindasan, semuanya itu merupakan sifat-sifat mulia dengan persyaratan bahwa yang bersangkutan memang sedang memiliki kekuasaan dan kekayaan. Para Nabi dan orang-orang suci itu malah akan memperlihatkan semua sifat mulia itu saat mereka telah memiliki kekuasaan dan kekayaan.
Kedua bentuk sifat-sifat akhlak mulia tersebut tidak mungkin dimanifestasikan tanpa melalui tahapan kesulitan dan cobaan serta tahapan kekuasaan dan kemakmuran. Kebijaksanaan yang sempurna dari Allah s.w.t. mengharuskan bahwa para Nabi dan orang-orang suci diberikan kedua bentuk kesempatan tersebut yang sebenarnya merupakan realisasi ribuan berkat. Hanya saja urut-urutan dari kondisi demikian tidak akan sama bagi setiap orang. Kebijakan Ilahi menentukan bahwa beberapa orang akan mengalami periode kedamaian dan kenyamanan mendahului periode kesulitan, sedangkan pada yang lainnya dimulai dengan periode kesulitan sebelum datangnya pertolongan Tuhan. Dalam beberapa kejadian, kondisi demikian tidak terlalu jelas perbedaannya sedangkan pada yang lainnya dimanifestasikan secara sempurna.
Berkaitan dengan hal ini yang paling menonjol adalah Rasulullah s.a.w. karena kedua kondisi itu dikenakan secara sempurna atas wujud beliau sedemikian rupa sehingga sifat akhlak beliau menjadi bersinar cemerlang laiknya matahari, dan semua itu tercermin dalam ayat:
“Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak luhur”. (S.68 Al-Qalam:5).
Jika dinilai bahwa Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih Allah s.w.t. Pendapat ini memupus keberatan sebagian orang akan akhlak Nabi Isa a.s. yang dianggap tidak cukup sempurna menghadapi kedua kondisi tersebut. Memang benar bahwa Nabi Isa a.s. menunjukkan keteguhan hati dalam keadaan kesulitan, hanya saja bentuk kesempurnaan akhlak tersebut baru akan terlihat sempurna jika saja pada saat itu Nabi Isa memperoleh kekuasaan dan keunggulan di atas para penganiaya beliau dan beliau kemudian mengampuni mereka dari lubuk hati yang paling dalam sebagaimana halnya perlakuan Rasulullah s.a.w. terhadap penduduk Mekah saat kota itu takluk kepada umat Islam. Penduduk kota Mekah memperoleh pengampunan penuh kecuali beberapa orang yang ditetapkan Tuhan harus menjalani hukuman karena kejahatan mereka yang luar biasa.
Rasulullah s.a.w. setelah mencapai kemenangan malah mengumumkan:
لا تثريب عليكم اليو م
“Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”.
Karena adanya pengampunan demikian yang semula dianggap mustahil dalam pandangan para musuh beliau, dimana tadinya mereka merasa patut dihukum mati atas segala kejahatan mereka, maka beribu-ribu orang lalu baiat ke dalam agama Islam dalam jangka waktu bilangan jam saja.
Keteguhan hati Rasulullah s.a.w. yang diperlihatkan dalam jangka waktu panjang di bawah penganiayaan mereka, di mata mereka menjadi cemerlang bercahaya seperti matahari. Sudah menjadi fitrat manusia bahwa keagungan dari keteguhan hati seseorang menjadi nyata saat yang bersangkutan mengampuni para penganiayanya ketika ia kemudian memperoleh kekuasaan di atas mereka. Karena itulah sifat luhur akhlak Nabi Isa a.s. di bidang keteguhan, kelemah-lembutan dan daya tahan tidak terlihat sepenuhnya dimana tidak jelas apakah keteguhan sikapnya itu karena pilihan sendiri atau memang karena terpaksa. Nabi Isa a.s. tidak sempat memperoleh kekuasaan di atas para penganiaya beliau sehingga tidak bisa dibuktikan apakah beliau memang kemudian akan mengampuni para musuhnya atau memilih mengambil pembalasan dendam atas diri mereka itu.
Berbeda dengan keadaan Nabi Isa a.s., sifat mulia dari Rasulullah s.a.w. telah diperlihatkan dalam ratusan kejadian dan kenyataannya bersinar terang seperti sang surya. Sifat-sifat seperti murah hati, welas asih, pengurbanan, keberanian, kesalehan, kepuasan hati atas apa yang ada serta menarik diri dari duniawi, semuanya itu jelas sekali pada sosok Nabi Suci s.a.w. dibanding dengan Nabi-nabi lainnya. Allah yang Maha Kaya menganugerahkan harta benda yang amat banyak kepada Rasulullah s.a.w. dan beliau membelanjakan nya semua di jalan Allah dan tidak ada sekeping mata uang pun yang digunakan untuk kepuasan diri sendiri. Beliau tidak ada mendirikan bangunan megah atau istana untuk diri sendiri dan tetap saja hidup di sebuah gubuk tanah liat yang tidak berbeda dengan rumah kediaman umat yang paling miskin. Beliau berlaku welas asih terhadap mereka yang tadinya menganiaya beliau serta menolong mereka dengan daya sarana milik beliau sendiri. Beliau tinggal di sebuah gubuk tanah liat, tidur di lantai serta makan dari roti gandum yang kasar atau puasa jika tidak ada apa-apa. Beliau dikaruniai kekayaan dunia dalam jumlah amat besar tetapi beliau tidak mau mengotori tangan beliau dengan harta itu dan tetap memilih hidup miskin daripada kemewahan serta kelemah-lembutan daripada kekuasaan. Dari sejak hari pertama beliau diutus sampai dengan saat beliau kembali kepada Tuhan beliau di langit, beliau tidak pernah menganggap penting apa pun selain Allah s.w.t. Beliau memberikan bukti keberanian, kesetiaan dan keteguhan hati di medan perang menghadapi ribuan musuh dimana maut mengintai selalu, semata-mata hanya karena Allah. Singkat kata, Allah yang Maha Agung memanifestasikan sifat-sifat mulia beliau seperti welas asih, kesalehan, kepuasan atas apa yang ada, keberanian dan segala hal yang berkaitan dengan kecintaan kepada Allah s.w.t. yang padanannya belum pernah ada pada masa sebelum beliau dan tidak akan pernah ada lagi setelah beliau.
Berkaitan dengan Nabi Isa a.s., sifat akhlak mulia tersebut tidak jelas dimanifestasikan karena hal seperti itu baru akan nyata jika seseorang kemudian memperoleh kekayaan dan kekuasaan, dan hal itu tidak ada terjadi pada diri Nabi Isa a.s. Pada keadaan beliau ini, kedua bentuk sifat akhlak tersebut tetap tinggal tersembunyi karena kondisi untuk manifestasinya tidak ada. Namun keberatan yang dianggap sebagai kekurangan pada diri nabi Isa a.s. tersebut telah ditimbali dengan contoh sempurna dari Rasulullah s.a.w. karena contoh yang dikemukakan Nabi Suci s.a.w. telah menyempurnakan dan melengkapi kekurangan pada Nabi-nabi lain sehingga apa yang semula meragukan sekarang telah jadi jelas. Wahyu dan Kenabian berakhir di sosok yang mulia ini karena semua keluhuran telah mencapai puncaknya dalam diri beliau. Semua ini merupakan rahmat Allah s.w.t. yang dikaruniakan kepada siapa yang dipilih-Nya.
Supardi , dari situsguru.worpress.com
sumber artikel dari link tetangga
Karena adanya pengampunan demikian yang semula dianggap mustahil dalam pandangan para musuh beliau, dimana tadinya mereka merasa patut dihukum mati atas segala kejahatan mereka, maka beribu-ribu orang lalu baiat ke dalam agama Islam dalam jangka waktu bilangan jam saja.
Keteguhan hati Rasulullah s.a.w. yang diperlihatkan dalam jangka waktu panjang di bawah penganiayaan mereka, di mata mereka menjadi cemerlang bercahaya seperti matahari. Sudah menjadi fitrat manusia bahwa keagungan dari keteguhan hati seseorang menjadi nyata saat yang bersangkutan mengampuni para penganiayanya ketika ia kemudian memperoleh kekuasaan di atas mereka. Karena itulah sifat luhur akhlak Nabi Isa a.s. di bidang keteguhan, kelemah-lembutan dan daya tahan tidak terlihat sepenuhnya dimana tidak jelas apakah keteguhan sikapnya itu karena pilihan sendiri atau memang karena terpaksa. Nabi Isa a.s. tidak sempat memperoleh kekuasaan di atas para penganiaya beliau sehingga tidak bisa dibuktikan apakah beliau memang kemudian akan mengampuni para musuhnya atau memilih mengambil pembalasan dendam atas diri mereka itu.
Berbeda dengan keadaan Nabi Isa a.s., sifat mulia dari Rasulullah s.a.w. telah diperlihatkan dalam ratusan kejadian dan kenyataannya bersinar terang seperti sang surya. Sifat-sifat seperti murah hati, welas asih, pengurbanan, keberanian, kesalehan, kepuasan hati atas apa yang ada serta menarik diri dari duniawi, semuanya itu jelas sekali pada sosok Nabi Suci s.a.w. dibanding dengan Nabi-nabi lainnya. Allah yang Maha Kaya menganugerahkan harta benda yang amat banyak kepada Rasulullah s.a.w. dan beliau membelanjakan nya semua di jalan Allah dan tidak ada sekeping mata uang pun yang digunakan untuk kepuasan diri sendiri. Beliau tidak ada mendirikan bangunan megah atau istana untuk diri sendiri dan tetap saja hidup di sebuah gubuk tanah liat yang tidak berbeda dengan rumah kediaman umat yang paling miskin. Beliau berlaku welas asih terhadap mereka yang tadinya menganiaya beliau serta menolong mereka dengan daya sarana milik beliau sendiri. Beliau tinggal di sebuah gubuk tanah liat, tidur di lantai serta makan dari roti gandum yang kasar atau puasa jika tidak ada apa-apa. Beliau dikaruniai kekayaan dunia dalam jumlah amat besar tetapi beliau tidak mau mengotori tangan beliau dengan harta itu dan tetap memilih hidup miskin daripada kemewahan serta kelemah-lembutan daripada kekuasaan. Dari sejak hari pertama beliau diutus sampai dengan saat beliau kembali kepada Tuhan beliau di langit, beliau tidak pernah menganggap penting apa pun selain Allah s.w.t. Beliau memberikan bukti keberanian, kesetiaan dan keteguhan hati di medan perang menghadapi ribuan musuh dimana maut mengintai selalu, semata-mata hanya karena Allah. Singkat kata, Allah yang Maha Agung memanifestasikan sifat-sifat mulia beliau seperti welas asih, kesalehan, kepuasan atas apa yang ada, keberanian dan segala hal yang berkaitan dengan kecintaan kepada Allah s.w.t. yang padanannya belum pernah ada pada masa sebelum beliau dan tidak akan pernah ada lagi setelah beliau.
Berkaitan dengan Nabi Isa a.s., sifat akhlak mulia tersebut tidak jelas dimanifestasikan karena hal seperti itu baru akan nyata jika seseorang kemudian memperoleh kekayaan dan kekuasaan, dan hal itu tidak ada terjadi pada diri Nabi Isa a.s. Pada keadaan beliau ini, kedua bentuk sifat akhlak tersebut tetap tinggal tersembunyi karena kondisi untuk manifestasinya tidak ada. Namun keberatan yang dianggap sebagai kekurangan pada diri nabi Isa a.s. tersebut telah ditimbali dengan contoh sempurna dari Rasulullah s.a.w. karena contoh yang dikemukakan Nabi Suci s.a.w. telah menyempurnakan dan melengkapi kekurangan pada Nabi-nabi lain sehingga apa yang semula meragukan sekarang telah jadi jelas. Wahyu dan Kenabian berakhir di sosok yang mulia ini karena semua keluhuran telah mencapai puncaknya dalam diri beliau. Semua ini merupakan rahmat Allah s.w.t. yang dikaruniakan kepada siapa yang dipilih-Nya.
Supardi , dari situsguru.worpress.com
sumber artikel dari link tetangga
Menurut Imam
Al-Ghazali, akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang,
dari akhlak yang terpuji akan muncul perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pertimbangan dahulu. Kalau jiwa tersebut melahirkan perbuatan
yang baik, diiktiraf oleh akal dan syara', maka itu dinamakan akhlak
yang baik dan sebaliknya jika melakukan perbuatan yang jahat, maka itu
dinamakan akhlak yang buruk. Rasulullah S.A.W. adalah contoh insan yang
berakhlak mulia, hal tersebut sesuai dengan firman Allah S.W.T,"Dan
sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung." (Surah
Al-Qalam:4).
Contoh Akhlak Terpuji Nabi Muhammad Saw
Banyak contoh akhlak terpuji Rasulullah S.A.W. yang mulia yang
ditunjukkan kepada umat Islam. Jika bercakap baginda akan bercakap
benar. Hal ini diakui oleh Abu Jahal.
Pada suatu waktu Abu Jahal dikunjungi oleh seorang Quraisy yang
bertanya,"Ya Abal Hakam! Di sini tidak ada sesiapa selain engkau dan aku
dan tidak ada juga sesiapa yang dapat mendengar dialog kita selain
engkau dan aku. Mengapa kulihat banyak orang mempercayai Muhammad?
Katakanlah dengan benar pendapatmu tentang Muhammad itu, apakah dia
benar atau dusta?" Jawab Abu Jahal:"Demi Tuhan,sesungguhnya Muhammad itu
orang yang benar dan tidak pernah berdusta sama sekali!"
Contoh Akhlak Terpuji Nabi Muhammad Saw
Walaupun sedang bergurau dan berjenaka, baginda tetap bercakap benar,
tidak berdusta. Sebelum menjadi Rasul, baginda telah digelar AL-AMIN
yang artinya orang yang dipercayai.
Rasulullah S.A.W. adalah seorang yang penyayang terhadap keluarga. Abu
Hurairah R.A.ada meriwayatkan : "Aqra' Bin Khabis pernah melihat
Rasulullah S.A.W. mencium cucunya, Hassan."
Sejalan dengan itu, Prof.Dr.Hamka menyebutkan, sifat penyayang
Rasulullah S.A.W. adalah "Dia(Rasulullah S.A.W.) sayang kepada segenap
kerabatnya serta lemah-lembut sikapnya kepada anak-cucunya."
Anas Bin Malik R.A.seorang sahabat yang lama berkhidmat kepada
Rasulullah S.A.W. pernah berkata: "Tidak ada kulihat orang yang lebih
penyayang terhadap keluarganya melebihi Rasulullah S.A.W."
Aisyah R.A.pula ada meriwayatkan, "Jika Rasulullah tinggal di rumahnya,
baginda sangat lemah-lembut, suka tersenyum dan tertawa."
Contoh baik sikap dan pendirian baginda dalam usaha baginda berdakwah
ialah kesabaran dan ketabahan baginda menghadapi segala rintangan dan
penentangan.
Baginda menyeru kepada orang-orang terkemuka Kota Taif agar mentauhidkan
Allah. Mereka bukan saja tidak menerima seruan itu tetapi juga
mengarahkan pemuda-pemuda dan orang-orang jahat untuk mencaci-maki,
menyoraki dan melempari baginda dengan batu sehingga berdarah.
Pada peristiwa lain pula Rasulullah S.A.W. telah mendakwahkan Islam
kepada orang ramai yang mengerjakan haji di Mekah tetapi seruannya tidak
diterima malah beliau disakiti.
Begitu pula saat baginda mendakwahkan Islam kepada masyarakat di Mekah,
Abu Lahab berteriak mengatakan Muhammad murtad dari agamanya dan seorang
pendusta. Baginda menghadapi semuanya dengan sabar dan tabah.
Rasulullah S.A.W. tidak pernah memukul seseorang dengan tangannya
kecuali kerana fi sabilillah. Baginda juga tidak pernah berdendam kepada
seseorang kerana sesuatu yang dilakukan ke atas dirinya.
Tidak pernah seseorang yang datang kepada baginda, tak perduli ia orang
merdeka atau hamba sahaya yang mengadukan keperluannya melainkan
dipenuhi hajat mereka.
Apabila baginda bertemu dengan salah seorang sahabatnya, baginda akan
menghulurkan tangan untuk berjabat tangan. Begitu juga terhadap tamu
yang datang, baginda hormati sehingga kadang-kadang dihamparkan baju
untuk tamu itu duduk di atasnya seperti kepada kaum Nasrani dari Najran.
Baginda sering memberikan bantal kepada orang yang datang supaya dia
dapat bersandar. Apabila dalam majelis yang ramai, baginda akan
menumpukan perhatian kepada semua orang hingga seolah-olah kesemua
majlisnya, pendengaran, percakapan, kehalusan budi pekerti dan
perhatiannya ditumpukan kepada setiap orang yang duduk bersamanya di
majelis itu.
Baginda lebih suka memanggil sahabat-sahabatnya dengan nama gelaran
masing-masing untuk menghormati dan memikat hati mereka. Yang tidak
memiliki gelar panggilan, baginda akan memberinya nama gelaran bukan
saja kepada sahabat lelaki tetapi juga kepada wanita dan kanak-kanak.
Baginda tidak berbicara jika tidak perlu. Baginda juga tidak pernah
mengatakan sesuatu atau marah kecuali yang benar. Rasulullah amat jarang
marah dan apabila marah segera reda.
Apabila mendengar orang berbicara yang kurang baik, baginda akan
memalingkan mukanya dari orang itu. Jika ada sesuatu yang harus
disampaikan tetapi baginda tidak menyukainya, maka baginda rasul
menggunakan kata-kata kiasan atau sindiran. Dalam semua perbicaraan
baginda akan menggunakan kata-kata yang baik dan nasihat-nasihat yang
berguna.
Baginda tidak membalas kejahatan dengan kejahatan malah memaafkannya.
Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa tentara musyrikin yang berdiri di
kepala baginda dengan sebilah pedang seraya berkata kepada
baginda,"Siapakah yang dapat mempertahankan engkau daripada pedangku
ini?" Rasulullah S.A.W.menjawab dengan tegas :"Allah." Dengan jawaban
itu gementarlah tangan orang musyrikin itu dan pedang yang dipegangnya
itu jatuh dari tangannya. Pedang itu diambil oleh Rasulullah
S,A.W.tetapi baginda tidak membunuhnya malahan membebaskannya walaupun
baginda boleh membunuhnya.
Dalam peristiwa lain, seorang Arab dusun kencing di dalam masjid. Para
sahabat bertindak akan memukul orang itu tetapi dihalangi oleh baginda.
Orang itu dinasihati oleh baginda dengan kata-kata yang baik. Begitu
juga saat baginda dan orang-orang Islam berjaya menguasai Kota Mekah
pada tahun 8 Hijrah, baginda tidak membalas dendam kepada orang-orang
yang dahulunya sering menganggu dan menyakiti orang-orang Islam. Hanya
beberapa orang saja dibunuh. Yang lain dimaafkan dan dibebaskan baginda.
Walaupun baginda seorang nabi dan rasul, akan tetapi baginda tetap
melakukan hal-hal yang dikerjakan oleh para sahabat.
Pada suatu ketika dalam perjalanan, beberapa orang sahabat berencana
untuk menyembelih seekor kambing dan membagikan dagingnya di antara
mereka. Seorang bertugas menyembelih dan seorang lagi bertugas memasak
daging. Rasulullah bersabda bahawa baginda bersedia mengumpulkan
kayu-kayu. Para sahabat berkata,"Ya Rasulullah,itu pun kami akan lakukan
di antara kami."
Rasulullah menjawab,"Daku tahu bahawa kamu semua akan melakukannya
dengan senang hati tetapi daku tidak mau menjadi orang yang paling
terkemuka di kalangan kumpulan ini dan Allah pun tidak menyukainya."
Di rumah, baginda juga membantu isteri-isterinya. Baginda membetulkan
sendiri kasutnya, menjahit pakaian dan memerah susu kambing.
Banyak lagi contoh akhlak terpuji nabi muhammad SAW yang patut dikaji,
diteladani dan disebarkan. Sesungguhnya Rasulullah S.A.W.adalah contoh
teladan yang paling baik. Barang siapa yang mengikutinya akan diridhai
Allah dan akan selamat di dunia dan akhirat.
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/contoh-akhlak-terpuji-nabi-muhammad-saw.html
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/contoh-akhlak-terpuji-nabi-muhammad-saw.html
enurut Imam Al-Ghazali,
akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang, dari akhlak
yang terpuji akan muncul perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dahulu. Kalau jiwa tersebut melahirkan perbuatan yang baik,
diiktiraf oleh akal dan syara', maka itu dinamakan akhlak yang baik dan
sebaliknya jika melakukan perbuatan yang jahat, maka itu dinamakan
akhlak yang buruk. Rasulullah S.A.W. adalah contoh insan yang berakhlak
mulia, hal tersebut sesuai dengan firman Allah S.W.T,"Dan sesungguhnya
kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung." (Surah Al-Qalam:4).
Contoh Akhlak Terpuji Nabi Muhammad Saw
Banyak contoh akhlak terpuji Rasulullah S.A.W. yang mulia yang
ditunjukkan kepada umat Islam. Jika bercakap baginda akan bercakap
benar. Hal ini diakui oleh Abu Jahal.
Pada suatu waktu Abu Jahal dikunjungi oleh seorang Quraisy yang
bertanya,"Ya Abal Hakam! Di sini tidak ada sesiapa selain engkau dan aku
dan tidak ada juga sesiapa yang dapat mendengar dialog kita selain
engkau dan aku. Mengapa kulihat banyak orang mempercayai Muhammad?
Katakanlah dengan benar pendapatmu tentang Muhammad itu, apakah dia
benar atau dusta?" Jawab Abu Jahal:"Demi Tuhan,sesungguhnya Muhammad itu
orang yang benar dan tidak pernah berdusta sama sekali!"
Contoh Akhlak Terpuji Nabi Muhammad Saw
Walaupun sedang bergurau dan berjenaka, baginda tetap bercakap benar,
tidak berdusta. Sebelum menjadi Rasul, baginda telah digelar AL-AMIN
yang artinya orang yang dipercayai.
Rasulullah S.A.W. adalah seorang yang penyayang terhadap keluarga. Abu
Hurairah R.A.ada meriwayatkan : "Aqra' Bin Khabis pernah melihat
Rasulullah S.A.W. mencium cucunya, Hassan."
Sejalan dengan itu, Prof.Dr.Hamka menyebutkan, sifat penyayang
Rasulullah S.A.W. adalah "Dia(Rasulullah S.A.W.) sayang kepada segenap
kerabatnya serta lemah-lembut sikapnya kepada anak-cucunya."
Anas Bin Malik R.A.seorang sahabat yang lama berkhidmat kepada
Rasulullah S.A.W. pernah berkata: "Tidak ada kulihat orang yang lebih
penyayang terhadap keluarganya melebihi Rasulullah S.A.W."
Aisyah R.A.pula ada meriwayatkan, "Jika Rasulullah tinggal di rumahnya,
baginda sangat lemah-lembut, suka tersenyum dan tertawa."
Contoh baik sikap dan pendirian baginda dalam usaha baginda berdakwah
ialah kesabaran dan ketabahan baginda menghadapi segala rintangan dan
penentangan.
Baginda menyeru kepada orang-orang terkemuka Kota Taif agar mentauhidkan
Allah. Mereka bukan saja tidak menerima seruan itu tetapi juga
mengarahkan pemuda-pemuda dan orang-orang jahat untuk mencaci-maki,
menyoraki dan melempari baginda dengan batu sehingga berdarah.
Pada peristiwa lain pula Rasulullah S.A.W. telah mendakwahkan Islam
kepada orang ramai yang mengerjakan haji di Mekah tetapi seruannya tidak
diterima malah beliau disakiti.
Begitu pula saat baginda mendakwahkan Islam kepada masyarakat di Mekah,
Abu Lahab berteriak mengatakan Muhammad murtad dari agamanya dan seorang
pendusta. Baginda menghadapi semuanya dengan sabar dan tabah.
Rasulullah S.A.W. tidak pernah memukul seseorang dengan tangannya
kecuali kerana fi sabilillah. Baginda juga tidak pernah berdendam kepada
seseorang kerana sesuatu yang dilakukan ke atas dirinya.
Tidak pernah seseorang yang datang kepada baginda, tak perduli ia orang
merdeka atau hamba sahaya yang mengadukan keperluannya melainkan
dipenuhi hajat mereka.
Apabila baginda bertemu dengan salah seorang sahabatnya, baginda akan
menghulurkan tangan untuk berjabat tangan. Begitu juga terhadap tamu
yang datang, baginda hormati sehingga kadang-kadang dihamparkan baju
untuk tamu itu duduk di atasnya seperti kepada kaum Nasrani dari Najran.
Baginda sering memberikan bantal kepada orang yang datang supaya dia
dapat bersandar. Apabila dalam majelis yang ramai, baginda akan
menumpukan perhatian kepada semua orang hingga seolah-olah kesemua
majlisnya, pendengaran, percakapan, kehalusan budi pekerti dan
perhatiannya ditumpukan kepada setiap orang yang duduk bersamanya di
majelis itu.
Baginda lebih suka memanggil sahabat-sahabatnya dengan nama gelaran
masing-masing untuk menghormati dan memikat hati mereka. Yang tidak
memiliki gelar panggilan, baginda akan memberinya nama gelaran bukan
saja kepada sahabat lelaki tetapi juga kepada wanita dan kanak-kanak.
Baginda tidak berbicara jika tidak perlu. Baginda juga tidak pernah
mengatakan sesuatu atau marah kecuali yang benar. Rasulullah amat jarang
marah dan apabila marah segera reda.
Apabila mendengar orang berbicara yang kurang baik, baginda akan
memalingkan mukanya dari orang itu. Jika ada sesuatu yang harus
disampaikan tetapi baginda tidak menyukainya, maka baginda rasul
menggunakan kata-kata kiasan atau sindiran. Dalam semua perbicaraan
baginda akan menggunakan kata-kata yang baik dan nasihat-nasihat yang
berguna.
Baginda tidak membalas kejahatan dengan kejahatan malah memaafkannya.
Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa tentara musyrikin yang berdiri di
kepala baginda dengan sebilah pedang seraya berkata kepada
baginda,"Siapakah yang dapat mempertahankan engkau daripada pedangku
ini?" Rasulullah S.A.W.menjawab dengan tegas :"Allah." Dengan jawaban
itu gementarlah tangan orang musyrikin itu dan pedang yang dipegangnya
itu jatuh dari tangannya. Pedang itu diambil oleh Rasulullah
S,A.W.tetapi baginda tidak membunuhnya malahan membebaskannya walaupun
baginda boleh membunuhnya.
Dalam peristiwa lain, seorang Arab dusun kencing di dalam masjid. Para
sahabat bertindak akan memukul orang itu tetapi dihalangi oleh baginda.
Orang itu dinasihati oleh baginda dengan kata-kata yang baik. Begitu
juga saat baginda dan orang-orang Islam berjaya menguasai Kota Mekah
pada tahun 8 Hijrah, baginda tidak membalas dendam kepada orang-orang
yang dahulunya sering menganggu dan menyakiti orang-orang Islam. Hanya
beberapa orang saja dibunuh. Yang lain dimaafkan dan dibebaskan baginda.
Walaupun baginda seorang nabi dan rasul, akan tetapi baginda tetap
melakukan hal-hal yang dikerjakan oleh para sahabat.
Pada suatu ketika dalam perjalanan, beberapa orang sahabat berencana
untuk menyembelih seekor kambing dan membagikan dagingnya di antara
mereka. Seorang bertugas menyembelih dan seorang lagi bertugas memasak
daging. Rasulullah bersabda bahawa baginda bersedia mengumpulkan
kayu-kayu. Para sahabat berkata,"Ya Rasulullah,itu pun kami akan lakukan
di antara kami."
Rasulullah menjawab,"Daku tahu bahawa kamu semua akan melakukannya
dengan senang hati tetapi daku tidak mau menjadi orang yang paling
terkemuka di kalangan kumpulan ini dan Allah pun tidak menyukainya."
Di rumah, baginda juga membantu isteri-isterinya. Baginda membetulkan
sendiri kasutnya, menjahit pakaian dan memerah susu kambing.
Banyak lagi contoh akhlak terpuji nabi muhammad SAW yang patut dikaji,
diteladani dan disebarkan. Sesungguhnya Rasulullah S.A.W.adalah contoh
teladan yang paling baik. Barang siapa yang mengikutinya akan diridhai
Allah dan akan selamat di dunia dan akhirat.
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/contoh-akhlak-terpuji-nabi-muhammad-saw.html
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/contoh-akhlak-terpuji-nabi-muhammad-saw.html
enurut Imam Al-Ghazali,
akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang, dari akhlak
yang terpuji akan muncul perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dahulu. Kalau jiwa tersebut melahirkan perbuatan yang baik,
diiktiraf oleh akal dan syara', maka itu dinamakan akhlak yang baik dan
sebaliknya jika melakukan perbuatan yang jahat, maka itu dinamakan
akhlak yang buruk. Rasulullah S.A.W. adalah contoh insan yang berakhlak
mulia, hal tersebut sesuai dengan firman Allah S.W.T,"Dan sesungguhnya
kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung." (Surah Al-Qalam:4).
Contoh Akhlak Terpuji Nabi Muhammad Saw
Banyak contoh akhlak terpuji Rasulullah S.A.W. yang mulia yang
ditunjukkan kepada umat Islam. Jika bercakap baginda akan bercakap
benar. Hal ini diakui oleh Abu Jahal.
Pada suatu waktu Abu Jahal dikunjungi oleh seorang Quraisy yang
bertanya,"Ya Abal Hakam! Di sini tidak ada sesiapa selain engkau dan aku
dan tidak ada juga sesiapa yang dapat mendengar dialog kita selain
engkau dan aku. Mengapa kulihat banyak orang mempercayai Muhammad?
Katakanlah dengan benar pendapatmu tentang Muhammad itu, apakah dia
benar atau dusta?" Jawab Abu Jahal:"Demi Tuhan,sesungguhnya Muhammad itu
orang yang benar dan tidak pernah berdusta sama sekali!"
Contoh Akhlak Terpuji Nabi Muhammad Saw
Walaupun sedang bergurau dan berjenaka, baginda tetap bercakap benar,
tidak berdusta. Sebelum menjadi Rasul, baginda telah digelar AL-AMIN
yang artinya orang yang dipercayai.
Rasulullah S.A.W. adalah seorang yang penyayang terhadap keluarga. Abu
Hurairah R.A.ada meriwayatkan : "Aqra' Bin Khabis pernah melihat
Rasulullah S.A.W. mencium cucunya, Hassan."
Sejalan dengan itu, Prof.Dr.Hamka menyebutkan, sifat penyayang
Rasulullah S.A.W. adalah "Dia(Rasulullah S.A.W.) sayang kepada segenap
kerabatnya serta lemah-lembut sikapnya kepada anak-cucunya."
Anas Bin Malik R.A.seorang sahabat yang lama berkhidmat kepada
Rasulullah S.A.W. pernah berkata: "Tidak ada kulihat orang yang lebih
penyayang terhadap keluarganya melebihi Rasulullah S.A.W."
Aisyah R.A.pula ada meriwayatkan, "Jika Rasulullah tinggal di rumahnya,
baginda sangat lemah-lembut, suka tersenyum dan tertawa."
Contoh baik sikap dan pendirian baginda dalam usaha baginda berdakwah
ialah kesabaran dan ketabahan baginda menghadapi segala rintangan dan
penentangan.
Baginda menyeru kepada orang-orang terkemuka Kota Taif agar mentauhidkan
Allah. Mereka bukan saja tidak menerima seruan itu tetapi juga
mengarahkan pemuda-pemuda dan orang-orang jahat untuk mencaci-maki,
menyoraki dan melempari baginda dengan batu sehingga berdarah.
Pada peristiwa lain pula Rasulullah S.A.W. telah mendakwahkan Islam
kepada orang ramai yang mengerjakan haji di Mekah tetapi seruannya tidak
diterima malah beliau disakiti.
Begitu pula saat baginda mendakwahkan Islam kepada masyarakat di Mekah,
Abu Lahab berteriak mengatakan Muhammad murtad dari agamanya dan seorang
pendusta. Baginda menghadapi semuanya dengan sabar dan tabah.
Rasulullah S.A.W. tidak pernah memukul seseorang dengan tangannya
kecuali kerana fi sabilillah. Baginda juga tidak pernah berdendam kepada
seseorang kerana sesuatu yang dilakukan ke atas dirinya.
Tidak pernah seseorang yang datang kepada baginda, tak perduli ia orang
merdeka atau hamba sahaya yang mengadukan keperluannya melainkan
dipenuhi hajat mereka.
Apabila baginda bertemu dengan salah seorang sahabatnya, baginda akan
menghulurkan tangan untuk berjabat tangan. Begitu juga terhadap tamu
yang datang, baginda hormati sehingga kadang-kadang dihamparkan baju
untuk tamu itu duduk di atasnya seperti kepada kaum Nasrani dari Najran.
Baginda sering memberikan bantal kepada orang yang datang supaya dia
dapat bersandar. Apabila dalam majelis yang ramai, baginda akan
menumpukan perhatian kepada semua orang hingga seolah-olah kesemua
majlisnya, pendengaran, percakapan, kehalusan budi pekerti dan
perhatiannya ditumpukan kepada setiap orang yang duduk bersamanya di
majelis itu.
Baginda lebih suka memanggil sahabat-sahabatnya dengan nama gelaran
masing-masing untuk menghormati dan memikat hati mereka. Yang tidak
memiliki gelar panggilan, baginda akan memberinya nama gelaran bukan
saja kepada sahabat lelaki tetapi juga kepada wanita dan kanak-kanak.
Baginda tidak berbicara jika tidak perlu. Baginda juga tidak pernah
mengatakan sesuatu atau marah kecuali yang benar. Rasulullah amat jarang
marah dan apabila marah segera reda.
Apabila mendengar orang berbicara yang kurang baik, baginda akan
memalingkan mukanya dari orang itu. Jika ada sesuatu yang harus
disampaikan tetapi baginda tidak menyukainya, maka baginda rasul
menggunakan kata-kata kiasan atau sindiran. Dalam semua perbicaraan
baginda akan menggunakan kata-kata yang baik dan nasihat-nasihat yang
berguna.
Baginda tidak membalas kejahatan dengan kejahatan malah memaafkannya.
Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa tentara musyrikin yang berdiri di
kepala baginda dengan sebilah pedang seraya berkata kepada
baginda,"Siapakah yang dapat mempertahankan engkau daripada pedangku
ini?" Rasulullah S.A.W.menjawab dengan tegas :"Allah." Dengan jawaban
itu gementarlah tangan orang musyrikin itu dan pedang yang dipegangnya
itu jatuh dari tangannya. Pedang itu diambil oleh Rasulullah
S,A.W.tetapi baginda tidak membunuhnya malahan membebaskannya walaupun
baginda boleh membunuhnya.
Dalam peristiwa lain, seorang Arab dusun kencing di dalam masjid. Para
sahabat bertindak akan memukul orang itu tetapi dihalangi oleh baginda.
Orang itu dinasihati oleh baginda dengan kata-kata yang baik. Begitu
juga saat baginda dan orang-orang Islam berjaya menguasai Kota Mekah
pada tahun 8 Hijrah, baginda tidak membalas dendam kepada orang-orang
yang dahulunya sering menganggu dan menyakiti orang-orang Islam. Hanya
beberapa orang saja dibunuh. Yang lain dimaafkan dan dibebaskan baginda.
Walaupun baginda seorang nabi dan rasul, akan tetapi baginda tetap
melakukan hal-hal yang dikerjakan oleh para sahabat.
Pada suatu ketika dalam perjalanan, beberapa orang sahabat berencana
untuk menyembelih seekor kambing dan membagikan dagingnya di antara
mereka. Seorang bertugas menyembelih dan seorang lagi bertugas memasak
daging. Rasulullah bersabda bahawa baginda bersedia mengumpulkan
kayu-kayu. Para sahabat berkata,"Ya Rasulullah,itu pun kami akan lakukan
di antara kami."
Rasulullah menjawab,"Daku tahu bahawa kamu semua akan melakukannya
dengan senang hati tetapi daku tidak mau menjadi orang yang paling
terkemuka di kalangan kumpulan ini dan Allah pun tidak menyukainya."
Di rumah, baginda juga membantu isteri-isterinya. Baginda membetulkan
sendiri kasutnya, menjahit pakaian dan memerah susu kambing.
Banyak lagi contoh akhlak terpuji nabi muhammad SAW yang patut dikaji,
diteladani dan disebarkan. Sesungguhnya Rasulullah S.A.W.adalah contoh
teladan yang paling baik. Barang siapa yang mengikutinya akan diridhai
Allah dan akan selamat di dunia dan akhirat.
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/contoh-akhlak-terpuji-nabi-muhammad-saw.html
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/contoh-akhlak-terpuji-nabi-muhammad-saw.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar