Dalil-dalil
tentang tepat janji
يَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ [٢:٤٠]
“Hai
Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu
kepada-Ku,
niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut
(tunduk).” (QS.
Al-Baqarah: 40)
Israil
adalah sebutan bagi nabi Ya’qub. Bani Israil adalah turunan nabi Ya’qub;
sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi. Janji Bani Israil kepada Tuhan
ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya nabi Muhammad
SAW sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.
۞ لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ [٢:١٧٧]
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
۞ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ [٥:١]
“Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah: 1)
Aqad
(perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang
dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.
وَلَا
تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ ۚ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا [١٧:٣٤]
“Dan
janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’: 34)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ [٦١:٢]
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ [٦١:٣]
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ [٦١:٣]
“Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (QS.
AS-Shaf: 2-3)
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانِ مُنَافِقاً خَالِصاً، وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَثَ كَذَبَ، وَإذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Ada
empat hal yang jika berada pada seseorang ia menjadi munafik murni dan
barangsiapa terdapat satu sifat darinya maka padanya terdapat satu sifat
kemunafikan sampai ia meninggalkannya; jika diberi kepercayaan ia berkhianat,
jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika bertikai ia jahat.” (Muttafaq Alaihi).
إِذَا
حَدَثَ كَذِبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda
orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar,
dan jika dipercaya ia berkhianat.” (Muttafaq Alaihi). Ditambahkan dalam riwayat
Muslim, “Kendatipun
ia berpuasa, shalat, dan mengaku sebagai orang Muslim.”
Jabir
RA bercerita,
قَالَ
لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: لَوْ
قَدْ جَاءَ مَالُ الْبَحْرَيْنِ أَعْطَيْتُكَ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا فَلَمْ يَجِئْ مَالُ الْبَحْرَيْنِ حَتَّى قُبِضَ النبيُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم، فَلَمَّا جَاءَ مَالُ الْبَحْرَيْنِ أَمَرَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ فَنَادَى: مَنْ
كَانَ لَهُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم عُدَّةٌ أوْ دَيْنٌ فَلْيَأْتِنَا. فَأَتَيْتُهُ وُقُلْتُ: إِنَّ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال لي كذا وكذا، فَحَثَى لِي حَثْيَةٌ فَعَدَدْتُهَا فَإِذَا هِيَ خَمْسُمِائَةٍ فقال: خُذْ مِثْلَيْهَا
“Nabi
berkata kepadaku, ‘Kalau harta Bahrain datang aku akan memberimu segini,
segini, dan segini.” Ternyata harta Bahrain tidak pernah datang hingga beliau
meninggal. Lalu ketika harta Bahrain itu datang Abu Bakar menyuruh orang untuk
memanggil, ‘Barangsiapa yang mempunyai piutang kepada Rasulullah hendaknya
datang kepada kami niscaya aku akan membayarnya. Aku berkata, ‘Sesungguhnya
Rasulullah berkata kepadaku begini dan begitu. Kemudian ia mengambil satu
genggam untukku dan aku menghitungnya. Ternyata ia berjumlah lima ratus. Abu
Bakar berkata lagi, “Ambillah dua gini lagi.” (Muttafaq Alaihi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar