kategori-akhlak

Rabu, 11 Desember 2013

Saling Menasehati [At-Tanaashuh]



Allah Subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kita untuk saling memberi nasehat sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya :
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan kerugian yang nyata kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran ( QS Al-asr1-3)

Dan Allah berfirman : ” Dan aku adalah penasehat yang amanah bagi kalian :” (QS Al-A’raf : 68).
Demikian pula dalam banyak hadist Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam menganjurkan kepada kaum muslimin untuk saling memberi nasehat. Beliau bersabda :
” Agama itu nasehat ! kami bertanya :” untuk siapa ? Jawab Nabi : Untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Kitab-Nya, Rasul-Nya, imam-imam kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin ” (HR Muslim No. 55, lihat Fathul Bari I/138)

Salah satu hak sesama muslim adalah apabila ia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat kepadanya. Kemudian salah satu bentuk nasehat tersebut adalah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah manusia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikannya sebagai salah satu ciri dan keistimewaan orang beriman. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :”
” Kalian adalah sebaik-baik u mat yang dilahirkan ketengah-tengah manusia, menganjurkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah ” (QS 3 : 10)
Dalam ayat lain Allah berfirman :
” Orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan sebagian mereka menjadi penolong bagi yang lainnya karena menganjurkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar …..( QS At-Taubah : 71)
Rasulullah Shalallahu A’laihi wasalam telah bersabda dalam haditsnya yang berbunyi :
” Tiada seorang nabipun yang diutus sebelumku kecuali mempunyai sahabat-sahabat yang setia mengikuti sunnahnya dengan sebenar-benarnya, kemudian akan datang setelah mereka generasi yang hanya di perintahkan. Maka siapa yang melawan mereka dengan kekuatan tangannya maka ia adalah mukmin dan siapa yang membenci mereka dengan hatinya maka ia adalah mukmin selain itu tidak ada lagi iman walau seberat biji sawi ” (HR.Muslim No. 50)

Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam bersabda:
” Perumpamaan orang yang tengah menjalakan hukum Allah Shubhanahu Wa Ta’ala dan orang yang terjerumus didalamnya bagaikan suatu kaum yang mengundi tempat di atas perahu. Sebagian mendapatkan tempat diatasnya dan sebagian lainnya dibawah. Yang di bawah apabila membutuhkan air harus naik keatas, maka berkatalah orang-orang yang diatas :” Kami tidak akan membiarkan kalian naik kemari karena mengganggu kami”. Maka orang yang di bawahpun berkata :” Lebih baik, kita lubangi saja tempat kita ini supaya tidak mengganggu orang-orang diatas !”. Apabila tindakan mereka dibiarkan oleh orang-orang yang diatas pasti binasalah semua penumpang perahu itu, tetapi jika tindakan itu dicegah maka selamatlah semua penumpang perahu itu ” (HR Bukhari NO. 2493 dan Ahmad IV/1269 dan 270 dengan sanad Shahih.)
Tentu saja nasehat amar ma’ruf nahi munkar ini jangan disalah artikan dengan hujatan dan caci makian. Sebab, seorang mu’min bukanlah seorang tukang cela, tukang laknat dan suka berkata keji sebagaimana yang tersebut didalam hadits Nabi :

” Bukanlah orang mu’min itu tukang cela, tukang laknat, pandir dan berkata kotor “
(HR Tirmidzi no. 1984, Ahmad I/405 Thabrani dalam Mu’majul Kabir 10/225 no. 1048, Al Hakin dalam Al-Mustadrak No. 30. dishahihkan oleh Al-Bani dalam Ash-Sahihah no. 320 dan Shahih Adabul Murfad no. 312)
Dan juga ini berlawanan dengan maksud nasehat itu sendiri, yaitu agar kembali kepada kebenaran dan memperbaiki kesalahan dan kekeliruan yang ada. Seorang muslim yang ikhlas tentu ia akan mencari kebenaran dimana saja di temukan kebenaran baginya.
Ibarat barang yang hilang yang selalu dicarinya 1). Jangan sekali kali ia anggap nasehat saudaranya seagama sebagai satu yang negatif dan di pandang sinis seperti yang mengatakan : Mengapa harus mencerai beraikan barisan muslimin? Atau jangan hembuskan perbedaan dan permusuhan ditengah-tengah umat !! atau yang berkata : “Jangan melempar debu dari luar atau jangan membuar lemah barisan kaum muslimin”. Dan masih banyak lagi seruan yang lain.
Seruan-seruan seperti itu justru akan melemahkan kaum muslimin yaitu dengan runtuhya benteng nasehat yang dimili umat ini dan justru membuat gembira musuh-musuh Islam. Bukankah dengan nasehat yang penuh kasih sayang, kesabaran dan diatas kebenaran ummat ini akan tetap terpelihara diatas kebenaran?. Siapakah yang menjamin dirinya bebas dari kesalahan ?.
Maka janganlah dada kita sesak untuk menerima nasehat tersebut.
Biasakan diri saat bertemu mengucapkan salam, bersyukur kepada Allah (Alhamdulillah) dan sama-sama mohon ampun kepada Allah bila ada kekhilafan (Astaghfirullah) dan saling memaafkan.

Foot Note :
**1) Alangkah indahnya kembali kepada kebenaran sehingga dahulu dikatakan:
“Kembali kepada kebenaran merupakan fadilah dan terus menerus diatas kebathilan merupakan kehinaan “. Simaklah apa yang dituturkan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim dalam “Madarijus Salikiin” Juz 2 hal.38 : “Kami sangat mencintai Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyah), tetapi kami lebih mencintai kebenaran daripadanya. Dan ketahuilah semua orang selain Rasululloh dapat diambil perkataannya dan ditinggalkan kesesatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar