Tidak diragukan lagi setiap orang ingin mendapat
kebaikan dan dijauhkan dari kemudharatan. Namun tidak semua orang sadar dan mau
bersungguh-sungguh dalam mencapai keinginan tersebut. Padahal Allah Ta’ala telah
menjelaskan kunci-kunci kebaikan tersebut dalam wahyunya dengan gamblang dan
tegas. Kunci kebaikan itu adalah dzikir kepada Allah (dzikrullah).
Urgensi dan Kedudukan Dzikir.
Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba disunia dan akhirat. Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maja pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat dan keinginannya. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah maka hatinya akan tenang, sebagaiman firman Allah :
Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba disunia dan akhirat. Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maja pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat dan keinginannya. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah maka hatinya akan tenang, sebagaiman firman Allah :
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ
أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Arra’du :28)
Dan mendapat keutamaan dan faedah yang sangat banyak
didunia dan akherat. [Fiqh Al Ad’iyah wa Al Adzkaar, karya DR.
Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Alibadr]
Allah berfirman menjelaskan arti penting dan kedudukan
dzikir dalam banyak ayatnya, diantaranya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ
وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّآئِمِينَ وَالصَّآئِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ اللهُ لَهُم
مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(QS. Al Ahzaab. :35)
Dan firman-Nya:
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا
كَثِيرًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al
Ahzaab :41)
serta :
serta :
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَذِكْرِكُمْ
ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا
فِي الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِي اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
hajimu, maka berzikirlah (denga menyebut) Allah, sebagimana kamu
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah
lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang mendo’a:”Ya Rabb
kami, berilah kami kebaikan di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat.” (QS. Al Baqorah :200).
Demikian juga Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam telah menjelaskan secara gamblang arti penting dan kedudukan
dzikir pada diri seorang muslim dalam banyak haditsnya, diantaranya:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا
يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Artinya: “Dari Abu Musa , beliau berkata: telah
bersabda Nabi n : “permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak
berdzikir seperti orang yang hidup dan mati”. [Hadits riwayat Bukhori dalam
Shohihnya, kitab Ad Da’awaat, Bab Fadhlu Dzikrullah, No. 6407]
Dan hadits beliau yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيرُ فِي طَرِيقِ مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ يُقَالُ
لَهُ جُمْدَانُ فَقَالَ سِيرُوا هَذَا جُمْدَانُ سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ قَالُوا وَمَا
الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ
Artinya: “Dari Abu Hurairoh, beliau berkata: “Al
Mufarridun telah mendahului” mereka bertanya: ‘Siapakah Al Mufarridun wahai
Rasululloh?’ beliau menjawab: “Laki-laki dan perempuan Yang banyak berdzikir””
[Hadits riwayat Muslim dalam shohihnya, kitab Ad Du’a wa Dzikir wa Taubah
wal Istighfar, bab Al Hats Ala Dzikr, no. 2676]
Oleh karena itu dzikir-dzikir yang telah diajarkan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam (adzkaar nabawiyah)
memiliki kedudukan dan arti penting yang tinggi dalam diri seorang muslim,
sehingga banyak ditulis kitab dan karta tulis yang beraneka ragam tentang
permasalahan ini. Namun seorang muslim diperintahkan untuk berdzikir kepada
Allah dengan dzikir yang telah disyari’atkannya, karena dzikir adalah bagian
dari ibadah dan ibadah dibangun diatas dasar tauqifiyah (berdasar kepada dalil
wahyu) dan ittiba’ (mencontoh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam),
tidak menurut hawa nafsu dan kehendak hati semata. Untuk itu Ibnu Taimiyah
berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa Adzkaar (dzikir-dzikir) dan
do’a-do’a merupakan ibadah yang utama. Sedangkan ibadah dibangun diatas dasar
tauqifiyah dan ittiba’, tidak menurut hawa nafsu dan kebid’ahan. Sehingga
do’a-do’a dan adzkar nabawiyah merupakan dzikir dan do’a yang paling harus
dicari oleh pencarinya. Pelakunya berada dijalan yang aman dan selamat. Sedang
faedah dan hasil yang disapat tidak dapat diungkap dengan kata-kata dan lisan
tidak dapat mencakupnya. Adzkaar yang lainnya ada kalanya diharomkan atau
makruh atau terkadang berisi kesyirikan yang banyak orang bodoh tidak
mengetahuinya. Permasalahan ini cukup panjang penjabarannya.
Tidak diperbolehkan seorang membuat sebuah dzikir atau
do’a yang tidak dicontohkan Rasululloh dan menjadikannnya sebagai ibadah ritual
yang dilakukan oleh manusia secara rutin seperti rutinitas sholat lima waktu.
Ini jelas kebidahan dalam agama yang tidak diperkenankan Allah. Berbeda dengan
do’a yang dilakukan seseorang kadang-kadang tidak rutin dengan tidak
menjadikannya sunah untuk manusia, maka ini jika tidak diketahui terkandung
makna kandungan yang harom, tidak boleh dipastikan keharomannya, akan tetapi
terkadang ada keharoman padanya sedang manusia tidak merasanya. Ini sebagaimana
seorang berdo’a ketika genting dengan do’a-do’a yang ia ingat pada waktu itu.
Ini dan yang semisalnya hampir sama. Adapun mengambil wirid-wirid (ma’tsurat
(pent))yang tidak disyariatkan dan membuat-buat dzikir yang tidak syar’I
maka ini terlarang. Sudah demikianpun, da’a-do’a dan dzikir syar’I berisi
permintaan yang agung lagi benar. Tidak meninggalkannya dan beralih kepada
dzikir-dzikir bid’ah yang dibuat-buat kecuali orang bodoh atau lemah atau
melampaui batas.”.[Majmu’ Al fataawa Ibnu Taimiyah, juz 22/ 510-511]
Keutamaan dan Faedah Dzikir.
Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al Waabil Ashshoyyib (Lihat Al Waabil Al Shoyyib Wa Raafi’ Al kalimi Al Thoyyib, karya Ibnul Qayyim, tahqiq Hasan Ahmad isbir) bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh tiga faedah didalam kitab tersebut.
Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al Waabil Ashshoyyib (Lihat Al Waabil Al Shoyyib Wa Raafi’ Al kalimi Al Thoyyib, karya Ibnul Qayyim, tahqiq Hasan Ahmad isbir) bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh tiga faedah didalam kitab tersebut.
Diantara keutamaan dan faedah dzikir adalah:
1.
Dzikir dapat mengusir syeitan dan melindungi orang
yang berdzikir darinya, sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi
Wasallam :
وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ
كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى
حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ
مِنْ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
Artinya: “Dan Aku (Yahya bin Zakariya)
memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah. Permisalannya itu
seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh lalu ia mendatangi benteng yang
kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang hamba tidak dapat
melindungi dirinya dari syeitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.”
[Hadits riwayat imam Ahmad dalam Musnadnya (4/202), At Tirmidziy dalam
sunannya, kitab Al Amtsal ‘An Rasulullih, Bab Ma Ja’a Fi Matsal Al
Sholat wa Al Shiyaam wa Al Shodaqah no. 2863 dan dishohihkan Syeikh Al
Albaniy dalam Shohih Al Jaami’ no. 1724]
Ibnul Qayim memberikan komentarnya terhadap hadits
ini: ‘Seandainya dzikir hanya memiliki satu keutamaan ini saja, maka sudah
cukup bagi seorang hamba untuk tidak lepas lisannya dari dzikir kepada Allah
dan senantiasa gerak berdzikir, karena ia tidak dapat melindungi dirinya dari
musuhnya kecuali dengan dzikir kepada Allah. Para musuh hanya akan masuk
melalui pintu kelalaian dalam keadaan terus mengintainya. Jika ia lengah maka musuh
langsung menerkam dan memangsanya dan jika berdzikir kepada Alah maka musuh
Allah itu meringkuk dan merasa kecil serta melemah sehingga seperti Al Wash’
(sejenis burung kecil) dan seperti lalat’. [Al Waabil Al Shoyyib, hal
61]
Manusia ketika lalai dari dzikir maka syeitan langsung
menempel dan menggodanya serta menjadi teman yang selalu menyertainya,
sebagaimana firman Allah:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا
فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Artinya: “Barangsiapa yang berpaling dari dzikir
(Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang
menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”
(QS. Az Zukhruf:36).
Seorang hamba tidak mampu melindungi dirinya dari
Syeitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan
dan depresi dan dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian dan kelapangan hidup. Hal ini dijelaskan Allah dalam
firmanNya:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ
أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du :28)
3. Dzikir dapat menghidupkan hati, bahkan dzikir itu sendiri pada
hakekatnya adalah kehidupan bagi hati tersebut. Apabila hati kehilangan dzikir
maka seakan-akan kehilangan kehidupannya sehingga tidak hidup sebuah hati tanpa
dzikir kepada Allah. Oleh karena itu Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
‘Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, lalu bagaimana keadaan ikan jika
kehilangan air?’ [Al Waabil Al Shoyyib hal. 70]
4. Dzikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari
adzab Allah, karena
dzikir merupakan satu kebaikan yang besar dan kebaikan menghapus dosa dan
menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat menyelamatkan orang yang berdzikir
dari adzab Allah sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam
:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ
اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
Artinya: “Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu
amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah.”
[Hadits riwayat Ahmad dalam Musnadnya 5/239 dan dishohihkan Syeikh Al Albaniy
dalam Shohih Al Jami’ no. 5644]
5. Dzikir menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia
Allah yang tidak dihasilkan selainnya, padahal sangat mudah mengamalkannya, karena gerakan
lisan lebih mudah dari gerakan anggota tubuh lainnya. Diantara pahala dzikir
yang disebutkan Rasululloh adalah:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ
مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ
وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ
ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا
أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
Artinya: “Barang siapa mengucapkan (dzikir):
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala
sepulih budak, ditulis seratus kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya.
Juga menjadi pelindungnya dari syeitan pada hari itu sampai sore dan tidak ada
satupun yang lebih utama dari amalannya kecuali seorang yang beamal dengan
amalan yang lebih banyak dari hal itu.” [Hadits riwayat Al Bukhori dalam shohihnya, kitab badi’
Al Kholq bab Sifat Iblis Wa Junuduhu no. 3293, Muslim dalam shohihnya kitab
Ad Du’a wa Dzikir wa Taubah wal Istighfar bab Fadhlu Al tahlil Wa Takbir wa
Tahmid no. 2691]
Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir adalah ibadah yang paling
mudah namun paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah gerakan anggota
tubuh yang paling ringan dan mudah. Seandainya satu anggota tubuh manusia
set\hari semalam bergerak seukuran gerakan lisannya, tentulah hal itu sangat
menyusahkannya sekali, bahkan tidak mampu. [Al Waabil Al Shoyyib hal 73]
6. Dzikir adalah tanaman syurga [Lihat Al Waabil Al Shoyyib
hal 73-74, Fiqh Al Ad’iyah Wa Al Adzkar hal 19-20 dan Dzikru Wa
Tadzkiir karya Syeikh Prof. Dr. Shoolih bin Ghoonim Alsadlaan]. Ini
berlandaskan sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits
Abdillah bin Mas’ud yang berbunyi:
لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا
مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ
التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Artinya: “Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam
isra’ dan mi’roj, lalu ia berkata: “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada
umatmu dan beritahulah mereka bahwa syurga memiliki tanah yang terbaik dan air
yang paling menyejukkan. Syurga itu dataran kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya
adalah (dzikir) Subhanallahi Wala ilaha illa Allah wallahu Akbar.” [Hadits
riwayat At Tirmidziy dalam sunannya kitab Al Da’awaat ‘An Ar Rasul bab Ma
Ja’a Fi Fadhl Tasbiih wa Tahlil Wa takbir wa Tahmid no.3462 dan dihasankan
Al Albaniy dalam Silsilah Shohihah no. 105]
Hal ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dari hadits
Abu Ayub Al Anshoriy yang ada dalam musnad Ahmad bin Hambal 5/418.
7. Dzikir menjadi cahaya penerang bagi yang berdzikir
di dunia, di alam kubur dan di akherat. Meneranginya di shirot,
sehingga tidaklah hati dan kuburan memiliki cahaya seperti cahaya dzikrullah.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :
Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian
dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan
cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan
orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar dari padanya.” (QS. Al An’am:122)
Pertama adalah seorang mukmin yang memiliki cahaya
dengan sebab keimanan, kecintaan, pengenalan dan dzikir kepada Allah dan yang
lain adalah orang yang lalai dari Allah yang tidak mau berdzikir dan
mencintaiNya. [Al Waabil Al Shoyyib hal 82-83]
8. Dzikir menjadi sebab mendapatkan sholawat dari
Allah dan para malaikatNya, sebagamana firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah
kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzaab:41-43)
9. Banyak berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari
kemunafikan, karena
orang munafik sangat sedikit berdzikir kepada Allah, sebagiamana firman Allah Ta’ala:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS. An Nisa’:142)
Syeikh Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Al Abad berkata:
‘Bisa jadi karena hal tersebut Allah menutup surat Munafiqin dengan firmanNya:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
hrata-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al
Munafiquun:9).
Karena terdapat padanya peringatan dari fitnah kaum
munafiqin yang lalai dari dzikrullah lalu terjerumus dalam kemunafikan. Wal
‘iyadzubillah.
Imam Ali bin Abi Tholib ditanya tentang khowarij:
‘apakah mereka munafiq atau bukan?’ beliau menjawab: ‘Orang munafik tidak
berdzikir kepada Allah kecuali sedikit’. Ini merupakan alamat kemunafikan,
yaitu sedikit berdzikir kepada Allah. Berdasarkan hal ini maka banyak berdzikir
merupakan pengaman dari kenifakan. [Fiqh Al Ad’iyah Wa Al Adzkaar hal
24]
10. Dzikir adalah amalan yang paling baik, paling suci
dan paling tinggi derajatnya, sebagaimana dinyatakan Rasululloh dalam sabdanya
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا
عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ
الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا
أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian
yang terbain dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian, ia lebih baik
dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu
kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka
menjawab:’ ya’, lalu rasululloh menjawab: “Dzikrullah”“. [Hadits riwayat At
Tiurmidziy dalam sunannya kitab Ad da’awaat ‘An Rasulillah no. 3377 dan
Ibnu Majah dalam sunannya kitab Al Adab bab Fadhlu dzikr no. 3790 dan
dishohihkan Al Albaniy dalam Shohih Al Jami’ no. 2629]
Demikian beberapa keutamaan dan faedah yang dapat diutarakan dalam makalah singkat ini.
Demikian beberapa keutamaan dan faedah yang dapat diutarakan dalam makalah singkat ini.
Adab dalam berdzikir.
Berdzikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan, diantaranya:
Berdzikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan, diantaranya:
- Ikhlas dalam berdzikir mengharap ridho Allah.
- Berdzikir dengan dzikir dan wirid yang telah dicontohkan Rasululloh, karena dzikir adalah ibadah. Telah lalu penjelasan Ibnu Taimiyah tentang hal tersebut.
- Memahami makna dan penunjukkannya dan khusu’ dalam melakukannya. Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir yang paling utama dan manfaat adalah yang sesuai lisan dengan hati dan merupakan dzikir yang telah dicontohkan Rasululloh serta orang yang berdzikir memahami makna dan tujuan kandungannya [Dinukil dari Fiqh Al Ad’iyah wal Azkar hal. 9]
- Memperhatikan tujuh adab yang telah dijelaskan Allah dalam firmanNya:
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا
وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِمِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن
مِّنَ الْغَافِلِينَ
Artinya: “Dan sebutlah (nama)
Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (Surat Al A’raf:205)
Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
- Dzikir dilakukan dalam hati, karena hal itu lebih dekat kepada ikhlash.
- Dilakukan dengan merendahkan diri agar terwujud sikap penyembahan yang sempurna kepada Allah.
- Dilakukan dengan rasa takut dari siksaan Allah akibat kelalaian dalam beramal dan tidak diterimanay dzikir tersebut. Oleh karena itulah Allah mensifati kaum mukminin dengan firmanNya:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Artinya: “Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.”
(Surat Al Mu’minun:60)
- Dilakukan tanpa mengeraskan suara, karena hal itu lebih dekat kepada tafakkur yang baik.
- Dilakukan dengan lisan dan hati.
- Dilakukan diwaktu pagi dan petang. Memang dua waktu ini memiliki keistimewaan, sehingga Allah sebut dalam ayat ini, ditambah lagi keistimewaan lainnya yaitu keistimewaan yang disampaikan rasulullah dalam sabdanya
:يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ
وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ
ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ
وَهُمْ يُصَلُّونَ
Artinya: “Bergantian pada kalian
malaikat di malam dan malaikat di waktu siang. Mereka berjumpa diwaktu sholat
fajr dan ashr kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian dan Rabb merreka
menanyakan mereka dan Allah lebih tahu dengan mereka: “Bagaimana keadaan
hambaKu ketika kamu tinggalkan?” mereka menjawab: ‘Kami tinggalkan mereka dalam
keadaan sholat dan kami datangi mereka dalam keadaan sholat’“[Hadits
riwayat Al Bukhori dalam shohihnya kitab Mawaaqit Ash Sholat bab Fadl Sholat
AL Ashr no.522 dan Muslim dalam shohihnya kitab Al Masaajid wa Mawadi’
Al Sholat bab Fadl Sholat Al Fajr wal Ashr wa Muhafadztu ‘Alaihima no. 632]
- Larangan lalai dari dzikrullah.
[Diringkas dengan beberapa perubahan dan tambahan dari
Fiqh Al Ad’iyah wal Azkar hal.57-59]
Dengan ini jelaslah keutamaan dzikir sebagai kunci
kebaikan dan adabnya, mudah-mudahan yang sedikit ini dapat bermanfaat.
Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel Ustadzkholid.com
——————————————
Allah Ta’ala berfirman : Hai Orang-orang yang beriman,
sebutlah Allah (berdzikirlah) dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. ( Al-Ahzab
: 41 ).
Berzikir yang terus-menerus merupakan syarat untuk
mendapatkan kecintaan dari Allah yang langgeng pula. Allah yang paling berhak
untuk dicintai secara menyeluruh , diibadahi, diagungkan dan dimuliakan.
Pekerjaan yang termasuk paling bermanfaat bagi seorang
hamba adalah berzikir yang banyak. Zikir bagi hati itu laksana air bagi ladang
pertanian, bahkan seperti air bagi ikan, ia takkan hidup tanpa air.
Zikir itu bermacam-macam :
- Berzikir dengan menyebut asma Allah dan sifat-sifat-Nya, serta memujinya dengan menyebut asma dan sifat-Nya.
- Tasbih ( mensucikan Allah dengan mengucapkan : Subhanallah ), tahmid ( memuji Allah dengan mengucapkan : Al-hamdu lillah ), takbir ( mengagungkan Allah dengan mengucapkan : Allahu Akbar), Tahlil (mengucapkan la ilaha illallah yang artinya tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah) serta memuliakan Allah. Ini merupakan lafal zikir yang paling banyak diucapkan oelh kalangan orang-orang yang belakangan atau pada dewasa ini.
- Berzikir dengan hukum-hukum Allah, perintah-perintah-Nya serta laranganan-larangan-Nya dan ini merupakan zikir ahli ilmu. Bahkan ketiga zikir ini merupakan zikir mereka kepada Rabb-nya.
- Berzikir
dengan firman-Nya yaitu dengan Al-Qur’an. Ini termasuk zikir yang paling
utama. Allah berfirman :
Dan barangsiapa yang berpaling dari zikir-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. 20:124)
Yang dimaksud dengan zikir-Ku adalah kalam Allah yang telah diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu al-Qur’an.
Allah berfirman :
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28) - Berdzikir dengan berdo’a kepada Allah, beristighfar (mohon ampunan) dan merendahkan diri di hadapan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
kita untuk mengikuti cara berdzikir beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kelima
macam cara berdzikir di atas merupakan cara berdzikir Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Berdzikir kepada Allah harus sesuai dengan yang telah
disyari’atkan oleh Allah dan sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya, bukan bid’ah seperti yang
dikerjakan oleh kaum sufi. Mereka berdzikir dengan dzikir yang dibuat-buat dan
diada-adakan. Contohnya mereka menyebut : hu… hu… yang menurut mereka lafadz
itu termasuk asma Allah. Dzikir semacam ini tidak dibenarkan sama sekali.
Begitu juga mengenai bacaan shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
harus sesuai dengan yang terdapat dalam sunnah seperti shalawat Ibrahimiyyah (
yang dibaca pada tahiyyat dalam shalat ) dan lainnya yang sesuai dengan sunnah.
( dari buku : kaifa nafhamu al-Qur’an Syaikh Muhammad
bin Jamil Zainu, edisi Indonesia hal : 191 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar