Dalam
urusan yang terkait dengan pelayanan publik kadang terdengar ungkapan “kalau
bisa dipersulit kenapa dipermudah”. Sikap suka mempersulit seperti ini
merupakan perilaku tercela yang akibatnya sungguh bisa sangat tak terduga.
Bukan saja waktu, tenaga, dan materi yang hilang, bahkan nyawa pun bisa
melayang. Sikap suka mempersulit pada dasarnya merupakan penyimpangan yang amat
nyata dari prinsip-prinsip pelayanan prima (good governance) yang mensyaratkan
kemudahan, kecepatan, keramahan, dan efisiensi.
Pelakunya
umumnya adalah orang yang masih bermental feodal yang memposisikan dirinya di
atas orang yang dilayaninya dengan beragam motif atau tujuan. Mempersulit
urusan sangat dikecam dalam ajaran Islam, termasuk untuk hal yang bernilai
ibadah atau kebaikan. Rasulullah SAW bahkan menegur Mu’adz karena membaca surat
al-Quran terlalu panjang ketika menjadi imam sehingga memberatkan makmumnya
(HR. Bukhari-Muslim). Beliau juga tidak mau mewajibkan bersiwak (menggosok
gigi) sebelum shalat karena khawatir hal tersebut kelak akan menyulitkan
umatnya (HR. Muttafaq Alaih).
Islam
sangat menganjurkan kita agar memudahkan semua urusan dan bukan mempersulitnya.
Rasulullah SAW bersabda, yassiru wala tu’assiru wabasysyiru wala tunafiru,
“mudahkanlah dan janganlah engkau persulit orang lain dan berilah kabar gembira
pada mereka, jangan membuat mereka menjadi lari”.
Diriwayatkan
ada seorang sahabat yang mengalami sakit dan berhadas besar. Sahabat tersebut
meminta pendapat sahabat-sahabat lain apakah perlu mandi janabah atau tidak.
Kebanyakan sahabat menganjurkannya untuk mandi janabah. Namun setelah mandi,
sakitnya justru bertambah dan akhirnya sahabat itu meninggal dunia. Rasulullah
sangat murka mendengar hal tersebut karena hadas besar sebenarnya dapat
disucikan dengan tayammum jika terdapat alasan yang dibenarkan oleh syara’.
Kemudahan
adalah salah satu prinsip utama ajaran Islam. Orang yang sedang bepergian
(musafir) diberikan kemudahan dalam melaksanakan shalat dengan cara jamak dan
qashar. Demikian pula orang yang berpuasa yang diberi keringanan untuk
menggantinya di hari lain di luar Ramadhan (QS Al-Baqarah: 184).
Sikap
memudahkan urusan akan melahirkan keberkahan dan jaminan pertolongan karena
Allah selalu menolong hamba-Nya selama si hamba tersebut menolong saudaranya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang meringankan
penderitaan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan penderitaan
(kesulitan)nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang memudahkan urusan
orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di
dunia dan akhirat (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar