Para
pembaca yang budiman, termasuk pelaku kemaksiatan adalah pelaku bid’ah.
Ketahuilah kebanyakan para pelaku bid’ah di zaman kita –terutama di tanah air
kita- adalah orang-orang yang bodoh dan tidak paham dengan sunnah dan al-haq.
Bahkan banyak diantara mereka yang sama sekali tidak mengenal dakwah sunnah,
mereka mewarisi bid’ah yang mereka lakukan secara turun temurun.
Saya
tidak berbicara tentang gembong-gembong bid’ah yang mengikuti hawa nafsu mereka
sehingga nekad menolak atau mempelintir dalil-dalil demi melarisakan bid’ah mereka.
Akan tetapi saya berbicara tentang mayoritas saudara-saudara kita yang
terjerumus ke dalam bid’ah karena kejahilan dan ketidak tahuan mereka. Bukankah
banyak diantara kita –bahkan sebagian besar kita- tidak mengenal sunnah sejak
kecil?, akan tetapi mayoritas kita dahulu tenggelam di atas bid’ah sebagaimana
kebanyakan masyarakat yang terjerumus dalam praktek-praktek bida’h. Bukankah
kita mendapatkan hidayah dengan adanya seseorang salafy yang kemudian mendekat
kepada kita sehingga kemudian menjelaskan sunnah kepada kita…??.
Oleh
karenanya marilah kita merahmati para pelaku bid’ah dengan menyebarkan dakwah
sunnah kepada mereka.
Syaikh
Utsaimin berkata tentang para pelaku bid’ah:
وَهؤلاء الْمُخَرِّفُوْنَ مَسَاكِيْنُ، إِنْ نَظَرْنَا إِلَيْهِمْ بِعَيْنِ الْقَدْرِ؛ فَنَرَقَّ لَهُمْ، وَنَسْأَلُ اللهَ لَهُمُ السَّلاَمَةَ،
وَإِنْ نَظَرْنَا إِلَيْهِمْ بِعَيْنِ الشَّرْعِ؛ فَإِنَّنَا يَجِبُ أَنْ نُنَابِذَهُمْ بِالْحُجَّةِ حَتىَّ يَعُوْدُوا إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ
“Para
pelaku khurofat tersebut kasihan mereka, jika kita memandang mereka dengan
pandangan taqdir (bahwasanya semua terjadi dengan taqdir Allah-pen) maka kita
kasihan mereka, dan kita memohon kepada Allah keselamatan bagi mereka. Jika
kita memandang mereka dengan pandangan syari’at mak wajib bagi kita melawan
mereka dengan hujjah agara mereka kembali kepada jalan yang lurus” (Al-Qoul
Al-Mufiid 1/65)
Bukankah
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِِهِ
“Tidaklah
beriman salah seorang dari kalian hingga ia menyukai bagi saudaranya apa yang
dia sukai untuk dirinya”
Bukankah
kita senang jika kita berada di atas ketaatan kepada Allah…??, maka hendaknya
kita juga senang jika saudara kita juga demikian dan meninggalkan kemaksiatan
yang dilakukannya. Bukankah seorang muslim yang terjerumus dalam kemaksiatan
atau bid’ah juga masih merupakan saudara kita sesama muslim???
Praktek
Ibnu Taimiyyah dalam merahmati pelaku bid’ah
Seseorang
yang ikhlash adalah seseorang yang bersikap sesuai dengan kehendak Allah, bukan
bergerak dengan kehendak hawa nafsunya. Inilah orang yang berjiwa besar. Tidak
sebagaimana praktek sebagian orang yang berjiwa kecil, sehingga jika mudah
marah karena mengikuti hawa nafsunya. Bahkan terkadang menghembuskan
kemarahannya tersebut di balik topeng membela agama.. wallahul musta’aan.
Lihatlah
bagaimana praktek Ibnu Taimiyyah terhadap musuh-musuhnya para pelaku bid’ah..
sungguh pelajaran yang sangat luar biasa.
Syaikul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah telah berjihad dan membantah berbagai macam
model bid’ah. Oleh karenanya kita dapati mayoritas kitab-kitab beliau adalah
bantahan terhadap bid’ah-bid’ah terutama bid’ah-bid’ah yang berkaitan dengan
aqidah. Sehingga banyak ahlul bid’ah yang memusuhi beliau… bahkan mereka
berfatwa akan kafirnya Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Bahkan mereka berfatwa
kepada Raja untuk membunuh Ibnu Taimiyyah. Akan tetapi… apakah Ibnu Taimiyyah
pernah berfikir untuk membalas dendam jika ia mendapatkan kesempatan..???
perhatikanlah tiga kisah berikut ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar