Rasulullah Õá
ÇááÉ Úáíå æÓáã bersabda : ”Nama yang tepat bagi seorang muslim adalah Hammam
dan Harist dan nama yang paling Allah cintai adalah Abdullah dan Abdurrahman “.
Al Hammam
adalah niat yang kuat, sedangkan “Al Harits” adalah sosok dari hasil
Himmah atau hammam yaitu bekerja untuk mendapatkan obsesi/keinginan
tersebut. Jadi setiap manusia punya keinginan, namun tidak semua manusia
memiliki keinginan “Himmah ” yang kuat.
A.
DEFINISI HIMMAH
Himmah tidak bisa dilihat secara dhohir karena Himmah adalah masalah yang hati dan akal pikiran manusia, bukan masalah amal. Secara bahasa Himmah berarti “An Niah“ (niat), “Iradah” (kehendak), “Al ‘azimah” (tekad). Dalam makna ini terdapat tiga kata yang berbeda yaitu berupa niat yang sifatnya biasa-biasa, kemudian iradah atau kehendak yang kuat lalu dilanjutkan dengan tekad untuk melaksanakan kehendak tersebut.
Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman : “ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda dari tuhannya ( QS. Yusuf : 24)
Himmah tidak bisa dilihat secara dhohir karena Himmah adalah masalah yang hati dan akal pikiran manusia, bukan masalah amal. Secara bahasa Himmah berarti “An Niah“ (niat), “Iradah” (kehendak), “Al ‘azimah” (tekad). Dalam makna ini terdapat tiga kata yang berbeda yaitu berupa niat yang sifatnya biasa-biasa, kemudian iradah atau kehendak yang kuat lalu dilanjutkan dengan tekad untuk melaksanakan kehendak tersebut.
Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman : “ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda dari tuhannya ( QS. Yusuf : 24)
Dalam ayat ini
bisa diartikan bahwa belum ada aksi, atau amal tapi masih berupa Himmah
niat. Dalam ayat tersebut terdapat kata “wahamabiha” yang artinya keinginan
terhadapnya (wanita tersebut). Bukankah nabi Yusuf Úáíå Óáã adalah
seorang nabi, bagaimana mungkin dia memiliki Himmah kepada wanita
tersebut ? Dalam kaidah bahasa Arab ada istilah “takdim wa takhir” (kalimat
didahulukan dan diakhirkan). Jadi menurut kaidah ini berarti Seandainya Nabi
Yusuf Úáíå Óáã tidak mendapatkan petunjuk dari Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, pasti
Nabi Yusuf Úáíå Óáã juga berkeinginan terhadap wanita tersebut. Maka pada
intinya bahwa Nabi Yusuf Úáíå Óáã tidak berkeinginan terhadap wanita
tersebut karena sebelumnya beliau telah mendapatkan petunjuk dari Allah ÓÈÍÇäå
æÊÚáì.
Rasulullah Õá
ÇááÉ Úáíå æÓáã bersabda : Sesunggunya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaiakan
dan kejahatan-kejahatan kemudian menjelaskannya, maka barang siapa yang
bermaksud berbuat kebaikan lalu belum sempat mengerjakannya, Allah mencatat
disisinya sebagai satu kebagaikan sempurna. Dan jika dia bermaksud berbuat
kebaikan lalu dia mengerjakannya, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan dan akan
dilipat gandakan sampai tujuh ratus lebih, hingga dilipatgandakan yang banyak
sekali. Dan jika dia bermaksud berbuat kejahatan, tetapi dia tidak
mengerjakannya, Allah mencatat baginya disisiNya satu kebaikan yang sempurna.
Dan jika bermaksud berbuat kejahatan dan melakukannya, maka Allah mencatat
baginya satu kejahatan”. (HR. Buhari dan Muslim)
Dalam hadits
ini Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã menjelaskan bahwa Himmah ada 2 yaitu :
1. Himmatul ‘Aliyah (Obsesi yang kuat)
2. Himmatud Daniyah (Obsesi yang rendah)
Sesungguhnya Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì mencintai perkara-perkara yang mulia dan membenci perkara-perkara yang rendah atau hina. Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì mencintai perkara yang tinggi / mulia baik dalam amal, agama, da’wah di jalan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì membenci perkara-perkara rendah, tidak bernilai dan hina, baik berupa perkara-perkara yang haram maupun yang mubah.
1. Himmatul ‘Aliyah (Obsesi yang kuat)
2. Himmatud Daniyah (Obsesi yang rendah)
Sesungguhnya Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì mencintai perkara-perkara yang mulia dan membenci perkara-perkara yang rendah atau hina. Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì mencintai perkara yang tinggi / mulia baik dalam amal, agama, da’wah di jalan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì membenci perkara-perkara rendah, tidak bernilai dan hina, baik berupa perkara-perkara yang haram maupun yang mubah.
B.
‘ULUWUL HIMMAH (OBSESI YANG TINGGI)
Seseorang dikatakan memiliki ‘uluwul Himmah atau Obsesi yang tinggi yaitu ketika seseorang telah menganggap remeh segala perkara-perkara di bawah cita-citanya. Misalnya seorang Da’I yang bercita-cita untuk menyebarkan agama Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì. Dia dikatakan memiliki Himmah yang tinggi, ketika dia telah menganggap remeh perkara-perkara selainya, ketika dia tidak perduli apapun tantangan dan pengorbanan yang harus dibayar mahal untuk memenuhi tujuan tersebut.
Diceritakan dalam riwayat da’wah rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã ketika orang – orang Qurays mendatangi paman Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã yaitu Abu Thalib dan memintanya supaya membujuk kepada Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã agar menghentikan da’wahnya. Setelah Abu Thalib menyampaikan perihal tersebut. Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã berkata : “ wahai pamanku, andaikan mereka meletakkan Matahari ditangan kananku dan Rembulan ditangan kiriku agar supaya aku meninggalkan da’wah ini. Aku tidak akan meninggalkannya hingga aku binasa”. Kisah Rasulullah ini menunjukkan tingginya Himmah Rasulullah dalam memperjuangkan agama Allah ini. Beliau telah menganggap remeh semua perkara-perkara yang menghambat da’wah Islamiyah.
Seseorang dikatakan memiliki ‘uluwul Himmah atau Obsesi yang tinggi yaitu ketika seseorang telah menganggap remeh segala perkara-perkara di bawah cita-citanya. Misalnya seorang Da’I yang bercita-cita untuk menyebarkan agama Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì. Dia dikatakan memiliki Himmah yang tinggi, ketika dia telah menganggap remeh perkara-perkara selainya, ketika dia tidak perduli apapun tantangan dan pengorbanan yang harus dibayar mahal untuk memenuhi tujuan tersebut.
Diceritakan dalam riwayat da’wah rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã ketika orang – orang Qurays mendatangi paman Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã yaitu Abu Thalib dan memintanya supaya membujuk kepada Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã agar menghentikan da’wahnya. Setelah Abu Thalib menyampaikan perihal tersebut. Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã berkata : “ wahai pamanku, andaikan mereka meletakkan Matahari ditangan kananku dan Rembulan ditangan kiriku agar supaya aku meninggalkan da’wah ini. Aku tidak akan meninggalkannya hingga aku binasa”. Kisah Rasulullah ini menunjukkan tingginya Himmah Rasulullah dalam memperjuangkan agama Allah ini. Beliau telah menganggap remeh semua perkara-perkara yang menghambat da’wah Islamiyah.
C.
DUNUWUL HIMMAH (OBSESI YANG RENDAH)
Yaitu ketika jiwa lemah terhadap tingkatan perkara-perkara yang tinggi atau mulia dan lebih memilih ridho pada perkara-perkara yang rendah. Jadi orang yang memiliki obsesi rendah ini adalah orang remeh, rendah yang tidak mau mencari masalah dan sayangnya mayoritas kaum muslimin sekarang berada dalam tingkatan ini.
Diriwayatkan tentang panglima perang dimasa pemerintahan seorang Gubenur Basrah yang bernama Al Hajjaj. Al Hajjaj memerintahkan panglimanya untuk memerangi orang-orang Khawarij yang jumlahnya kurang lebih 200 orang pasukan sedangkan panglima ini memiliki pasukan kurang lebih 1000 orang pasukan. Sungguh pertempuran yang tidak seimbang. Namun orang Khawarij terkenal sebagai orang-orang yang memiliki keberanian dan kejujuran. Orang Khawarij adalah orang yang tidak mudah putus asa dalam mewujudkan keinginannya. Hingga akhirnya dalam pertempuran itu ternyata pasukan Khawarij memenangkan peperangan tersebut. Setelah peperangan selesai, dengan membawa kekalahan panglima kembali menghadap gubernur Al Hajjaj. Al Hajjaj bingung mengapa pasukan Khawarij yang jumlahnya sedikit bisa mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih banyak ? ternyata panglima pemimpin perangnya adalah orang yang memiliki Himmah rendah, yang lebih baik pulang dalam keadaan hidup, walaupun harus dicaci maki gubernur daripada mati walaupun terkenal dan terhormat. Dalam kisah ini menunjukkan lemahnya Himmah yang dimiliki oleh panglima perang ini. Dia lebih memilih hidup dalam kehinaan daripada mati dalam kehormatan.
Yaitu ketika jiwa lemah terhadap tingkatan perkara-perkara yang tinggi atau mulia dan lebih memilih ridho pada perkara-perkara yang rendah. Jadi orang yang memiliki obsesi rendah ini adalah orang remeh, rendah yang tidak mau mencari masalah dan sayangnya mayoritas kaum muslimin sekarang berada dalam tingkatan ini.
Diriwayatkan tentang panglima perang dimasa pemerintahan seorang Gubenur Basrah yang bernama Al Hajjaj. Al Hajjaj memerintahkan panglimanya untuk memerangi orang-orang Khawarij yang jumlahnya kurang lebih 200 orang pasukan sedangkan panglima ini memiliki pasukan kurang lebih 1000 orang pasukan. Sungguh pertempuran yang tidak seimbang. Namun orang Khawarij terkenal sebagai orang-orang yang memiliki keberanian dan kejujuran. Orang Khawarij adalah orang yang tidak mudah putus asa dalam mewujudkan keinginannya. Hingga akhirnya dalam pertempuran itu ternyata pasukan Khawarij memenangkan peperangan tersebut. Setelah peperangan selesai, dengan membawa kekalahan panglima kembali menghadap gubernur Al Hajjaj. Al Hajjaj bingung mengapa pasukan Khawarij yang jumlahnya sedikit bisa mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih banyak ? ternyata panglima pemimpin perangnya adalah orang yang memiliki Himmah rendah, yang lebih baik pulang dalam keadaan hidup, walaupun harus dicaci maki gubernur daripada mati walaupun terkenal dan terhormat. Dalam kisah ini menunjukkan lemahnya Himmah yang dimiliki oleh panglima perang ini. Dia lebih memilih hidup dalam kehinaan daripada mati dalam kehormatan.
Setiap manusia
secara umum memiliki keinginan atau Himmah, namun tiap-tiap seseorang memiliki
tingkatan Himmah yang berbeda-beda sehingga dalam hidup terjadi
perbedaan-perbedaan tingkatan amal.
Firman Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì: “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda” (QS. Al Lail : 4)
Firman Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì: “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda” (QS. Al Lail : 4)
Berdasar dari
ayat ini, amalan manusia dibedakan dalam 2 hal yaitu :
1. ‘Imma lillah yaitu amal yang dikerjakan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì
2. ‘Imma lighairihi yaitu amalan yang dikerjakan bukan karena Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Amalan seperti ini adalah amalan yang dilakukan oleh orang yang memiliki obsesi rendah.
‘Immalillah adalah amalan yang dimiliki oleh orang memiliki obsesi tinggi yang mengejar kemuliaan. Dan ini hanya dilakukan oleh orang yang memiliki iman yang teguh dan kuat mencari kemuliaan disisi Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Dalam ayat berikutnya Allah memberi jaminan kemudahan baginya.
1. ‘Imma lillah yaitu amal yang dikerjakan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì
2. ‘Imma lighairihi yaitu amalan yang dikerjakan bukan karena Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Amalan seperti ini adalah amalan yang dilakukan oleh orang yang memiliki obsesi rendah.
‘Immalillah adalah amalan yang dimiliki oleh orang memiliki obsesi tinggi yang mengejar kemuliaan. Dan ini hanya dilakukan oleh orang yang memiliki iman yang teguh dan kuat mencari kemuliaan disisi Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Dalam ayat berikutnya Allah memberi jaminan kemudahan baginya.
Allah ÓÈÍÇäå
æÊÚáì berfirman :”Adapun orang yang memberikan hartanya (dijalan Allah) dan
bertaqwa. Dan membenarkan adanya pahala yang baik (surga). Maka kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al Lail : 5-7)
Adapun untuk orang-orang yang memiliki Himmah rendah, yang mengerjakan amalan bukan karena Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, tapi karena nafsu dan keinginan dunia maka Allah memberikan ancaman padanya.
Adapun untuk orang-orang yang memiliki Himmah rendah, yang mengerjakan amalan bukan karena Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, tapi karena nafsu dan keinginan dunia maka Allah memberikan ancaman padanya.
Allah ÓÈÍÇäå
æÊÚáì berfirman : “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan
yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”.
(QS. Al Lail : 8 – 11)
Itulah balasan
bagi orang yang berpaling dari jalan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì yang melakukan amalan
bukan karena Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.. Dan apabila dia diberikan kemudahan oleh
Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì sesuai sunnatullah, namun dengan mudahnya berujung
pada azab, kesengsaraan dan kebinasaan disisi Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì.
D.
PEMBAGIAN MANUSIA MENURUT ULAMA
Dilihat dari kadar obsesi atau Himmah-nya, Ulama membagi kelompok manusia dalam 4 hal:
Dilihat dari kadar obsesi atau Himmah-nya, Ulama membagi kelompok manusia dalam 4 hal:
1. ‘Adzhimul
Himmah yaitu orang yang memiliki cita-cita yang sangat besar. Yang
memiliki al- Khifayah (kapasitas), mempunyai kesempatan, kemampuan untuk
mencapai cita-cita lalu berusaha untuk mendapatkannya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata : “ Aku dahulu bercita-cita untuk mendapatkan kedudukan gubernur di Madinah, dan kini aku telah mendapatkannya. Kemudian aku berkeinginan untuk mendapatkan kedudukan sebagai Khalifah kaum muslimin di Madinah dan akupun telah mendapatkannya. Kini aku telah dapatkan semuanya, maka cita-citaku adalah untuk mendapatkan Surga Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì. karena tidak ada kedudukan yang lebih tinggi setelahnya”.
Ibnu Mubarakh ditanya : “ Siapakah orang yang paling zuhud ? Beliau menjawab : “Orang yang paling zuhud adalah Umar Bin Abdul Aziz, karena dia telah didatangi dunia, namun dia menolaknya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata : “ Aku dahulu bercita-cita untuk mendapatkan kedudukan gubernur di Madinah, dan kini aku telah mendapatkannya. Kemudian aku berkeinginan untuk mendapatkan kedudukan sebagai Khalifah kaum muslimin di Madinah dan akupun telah mendapatkannya. Kini aku telah dapatkan semuanya, maka cita-citaku adalah untuk mendapatkan Surga Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì. karena tidak ada kedudukan yang lebih tinggi setelahnya”.
Ibnu Mubarakh ditanya : “ Siapakah orang yang paling zuhud ? Beliau menjawab : “Orang yang paling zuhud adalah Umar Bin Abdul Aziz, karena dia telah didatangi dunia, namun dia menolaknya.
Inilah kisah
Umar Bin Abdul Aziz, beliau adalah contoh orang yang memiliki Himmah
aliyah. Beliau adalah orang yang memiliki kredibilitas karena keilmuannya,
punya kesempatan karena dia adalah keturunan Muawiyah.
2.
Shoghiru Himmah yaitu Orang yang memiliki kifayah, kemampuan dan
kesempatan tetapi lebih memilih melakukan hal-hal yang remeh atau rendahan.
Diriwayatkan tentang seorang khalifah dimasa setelah pemerintahan Muawiyah. Dia didatangi oleh petugas pos, dan berkata : “wahai Amirul Mu’minin. Sesungguhnya kota disana sedang diserang oleh musuh“. Mendangar laporan petugas pos ini khalifah tidak menanggapinya. Malah dia berucap “Da’ni wa sa’di”(memangnya gue pikirin). Konon ceritanya khalifah ini senang memelihara burung merpati. Ketika petugas pos melapor, khalifah sedang kehilangan 1 ekor burung merpatinya. Sehingga dia menganggap bahwa burungnya lebih berharga daripada keadaan rakyatnya. Kisah ini menunjukkan tentang keadaan orang yang memiliki kemampuan, kedudukan, dan kesempatan baik, namun dia memilih melakukan hal yang rendah.
Diriwayatkan tentang seorang khalifah dimasa setelah pemerintahan Muawiyah. Dia didatangi oleh petugas pos, dan berkata : “wahai Amirul Mu’minin. Sesungguhnya kota disana sedang diserang oleh musuh“. Mendangar laporan petugas pos ini khalifah tidak menanggapinya. Malah dia berucap “Da’ni wa sa’di”(memangnya gue pikirin). Konon ceritanya khalifah ini senang memelihara burung merpati. Ketika petugas pos melapor, khalifah sedang kehilangan 1 ekor burung merpatinya. Sehingga dia menganggap bahwa burungnya lebih berharga daripada keadaan rakyatnya. Kisah ini menunjukkan tentang keadaan orang yang memiliki kemampuan, kedudukan, dan kesempatan baik, namun dia memilih melakukan hal yang rendah.
3.
Orang yang tidak memiliki kapasitas untuk melakukan obsesi tinggi, tetapi
berlagak memiliki kemampuan besar.
Datanglah seseorang menghadap Imam Ahmad, dan berkata: ”Wahai Imam Ahmad, ada seseorang yang sedang kemasukan jin”. Mendengar laporan orang ini Imam Ahmad menjawab : “kembalilah, sampaikan kepada Jin, kalau Imam Ahmad menyuruhnya keluar”. Lalu orang ini kembali dan menemui orang yang kemasukan jin yang dia maksud. Sesampainya di sana di berkata kepada jin bahwa Imam Ahmad menyuruhnya keluar. Mendengar perkataan orang ini, jin inipun akhirnya keluar. Lalu setelah Imam Ahmad meninggal jin inipun datang lagi dan merasuki seseorang lagi. Kemudian karena Imam Ahmad sudah meninggal orangpun mendatangi orang yang dulu menemui Imam Ahmad dahulu dan dikatakan padanya kalau ada orang kesurupan jin. Mendengar penyampaian ini orang yang dulu menghadap Imam Ahmad menganggap kalau dulu Imam Ahmad mengusir jin hanya dengan menyuruh orang saja, maka diapun berbuat serupa. Dia menyuruh orang tersebut : “kembalilah, katakan pada jin kalau aku menyuruhnya keluar. Lalu pulanglah orang ini dan melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Namun setelah perintah itu dilakukan jin tersebut tidak juga keluar. Kemudian dia bertanya kepada jin. “kenapa dulu ketika Imam Ahmad menyuruhmu keluar engkau langsung keluar, sedangkan sekarang ketika aku suruh engkau tidak mau keluar” Jin menjawab :” dulu aku takut kepada Imam Ahmad karena ketakwaanya”.
Datanglah seseorang menghadap Imam Ahmad, dan berkata: ”Wahai Imam Ahmad, ada seseorang yang sedang kemasukan jin”. Mendengar laporan orang ini Imam Ahmad menjawab : “kembalilah, sampaikan kepada Jin, kalau Imam Ahmad menyuruhnya keluar”. Lalu orang ini kembali dan menemui orang yang kemasukan jin yang dia maksud. Sesampainya di sana di berkata kepada jin bahwa Imam Ahmad menyuruhnya keluar. Mendengar perkataan orang ini, jin inipun akhirnya keluar. Lalu setelah Imam Ahmad meninggal jin inipun datang lagi dan merasuki seseorang lagi. Kemudian karena Imam Ahmad sudah meninggal orangpun mendatangi orang yang dulu menemui Imam Ahmad dahulu dan dikatakan padanya kalau ada orang kesurupan jin. Mendengar penyampaian ini orang yang dulu menghadap Imam Ahmad menganggap kalau dulu Imam Ahmad mengusir jin hanya dengan menyuruh orang saja, maka diapun berbuat serupa. Dia menyuruh orang tersebut : “kembalilah, katakan pada jin kalau aku menyuruhnya keluar. Lalu pulanglah orang ini dan melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Namun setelah perintah itu dilakukan jin tersebut tidak juga keluar. Kemudian dia bertanya kepada jin. “kenapa dulu ketika Imam Ahmad menyuruhmu keluar engkau langsung keluar, sedangkan sekarang ketika aku suruh engkau tidak mau keluar” Jin menjawab :” dulu aku takut kepada Imam Ahmad karena ketakwaanya”.
4.
Al bashiiru binafsihi yaitu orang yang tau diri, yang tidak memiliki kapasitas
tinggi dan tidak menempatkan dirinya untuk melakukan hal yang besar.
E.
BEBERAPA FENOMENA ORANG YANG PUNYA HIMMAH RENDAH
1.
Berkaitan tentang upaya seorang muslim menuntut ilmu. Ketika dia tidak mau
mempelajari hal-hal yang wajib dilakukan oleh muslim. Misalnya mempelajari
tentang rukun-rukun sholat dan lain-lain.
2.
Ketika orang menuntut ilmu bukan untuk mendapatkan manfaat dari ilmu, atau
menuntut ilmu bukan untuk dida’wahkan tetapi hanya untuk mendapatkan ijazah
ataupun pekerjaan semata.
3.
Ketika orang menuntut ilmu supaya nampak hebat dalam berdebat, pandangan orang
tertuju padanya.
4.
Ketika seseorang yang baru menuntut ilmu dan baru mendapatkan hidayah, begitu
mudah memberikan tahzir atau cap buruk pada ulama atau orang yang lebih berilmu
diatasnya. Karena meskinya seorang apabila semakin berilmu meskinya semakin
takut pada ulama.
5.
Ketika seorang dai yang berda’wah dijalan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, kemudian mendapatkan
tantangan berda’wah, dia berhenti. Kaena meskinya seorang da’I ketika
mendapatkan da’wah harus tegar. Ketika agama memintahnya meninggalkan
kepentingan pribadinya meskinya dia siap.
6.
Ketika kita takut kepada manusia yaitu :
• Takut jangan sampai orang lain termasuk musuh Islam, ketika kita berda’wah kita dicap sebagai orang yang fundamentalis, ekstrim atau bentuk kata-kata teror lainnya. Padahal ucapan/cap/opini public yang dicitrakan buruk tentang Islam adalah hal yang sengaja dilakukan oleh mereka agar kaum muslimin lemah.
• Berputus asa ketika dalam berda’wah tidak disambut baik oleh orang. Putus asa karena orang menjauhi perjuangannya. Padahal semestinya kita sadar bahwa prinsip dasar kita dalam berda’wah adalah hanya menyampaikan agama Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì adapun orang mau menerima atau tidak adalah hak Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì
Allahu A’lam
• Takut jangan sampai orang lain termasuk musuh Islam, ketika kita berda’wah kita dicap sebagai orang yang fundamentalis, ekstrim atau bentuk kata-kata teror lainnya. Padahal ucapan/cap/opini public yang dicitrakan buruk tentang Islam adalah hal yang sengaja dilakukan oleh mereka agar kaum muslimin lemah.
• Berputus asa ketika dalam berda’wah tidak disambut baik oleh orang. Putus asa karena orang menjauhi perjuangannya. Padahal semestinya kita sadar bahwa prinsip dasar kita dalam berda’wah adalah hanya menyampaikan agama Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì adapun orang mau menerima atau tidak adalah hak Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì
Allahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar