kategori-akhlak

Selasa, 10 Desember 2013

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN TOLERANSI



1. Toleransi Merupakan Penghapus Kesalahan
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Para Malaikat mengerumuni roh seorang lelaki dari umat sebelum kalian. Mereka bertanya : ‘Apakah engkau pernah berbuat kebajikan ?’ Ia menjawab : ‘Dulu aku menyuruh para pegawaiku untuk memberi tangguh orang yang kesulitan (dalam membayar hutang, -pent) dan mema’afkan orang yang mudah’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ‘Ma’afkanlah dia” [Hadits Riwayat Bukhari 4/307 -Fath]
Beliau juga menceritakan.

“Artinya : Ada seorang lelaki sebelum kalian dihisab ternyata tidak didapati baginya amalan kebajikan kecuali dia dulunya orang yang lapang (berkecukupan) dia biasa berhubungan dengan orang lain, dan dia menyuruh para pegawainya untuk mema’afkan orang yang kesulitan. Maka Allah Azza wa Jalla memerintahkan para malaikat-Nya : ‘Kita lebih berhak untuk itu dari dia, ma’afkanlah dia” [Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir : 3154]
Dalam riwayat lain beliau mengisahkan.

“Artinya : Sesungguhnya ada seorang lelaki sebelum kalian didatangi malaikat maut untuk mencabut nyawanya, malaikat tadi bertanya kepadanya : ‘Apakah engkau pernah mengamalkan kebajikan ? Jawabnya : ‘Saya tidak tahu’. Katanya : Lihat ! Jawabnya : ‘Aku tidak mengetahui sedikitpun (amalan baik) hanya saja saya dahulu berjual beli dan berhubungan dagang dengan masyarakat, maka aku memberi tangguh orang yang kesulitan dan mema’afkan orang yang lapang’. Allah-pun memasukkan ke dalam Surga” [Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 2075]

2. Toleransi Merupakan Sebab Turunnya Rahmat Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya : Mudah-mudahan Allah merahmati sorang lelaki yang toleran bila menjual, membeli dan menagih.” [Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 3489]

3. Toleransi Dapat Menyelamatkan (Pelakunya) Dari Kengerian Hari Kiamat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa memberi tangguh orang yang kesulitan atau meletakkan hutangnya (dianggap lunas tanpa bayar, -pent) , maka Allah akan menyelamatkannya dari kengerian di hari kiamat” [Hadit Riwayat Muslim : 1563]
Beliau juga memberitakan.
“Artinya : Barangsiapa memberi tangguh orang yang kesulitan atau meletakkannya, maka Allah akan menaunginya di hari kiamat pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya” [Hadits Riwayat Muslim 3006, Nukilan Hadits Jabir yang panjang]

4. Toleranasi Mengharamkan Pelakunya Dari Api Neraka
Sabda beliau.
“Artinya : Barangsiapa yang mempermudah, lemah lembut dan lunak (perangainya), maka Allah mengharamkan api neraka atasnya” [Shahih Jami' Ash-Shaghir 6360]
Beliau juga bersabda.
“Artinya : Maukah kalian saya beritahu tentang orang yang diharamkan masuk neraka besok (di hari akhir) ? Yaitu orang yang lemah lembut, familiar dan mudah (toleran)” [Shahih Al-Jami' 2606]

BEBERAPA HAL YANG DAPAT MEMBANTU SIKAP TOLERANSI
1. Menahan Angkara Murka
Ketahuilah wahai saudaraku muslim, bahwasanya toleransi itu adalah kerelaan hati dan kelapangan dada bukan karena menahan, kesempitan dan terpaksa sabar melainkan toleransi adalah bukti kebaikan hati, lahir dan bathin.
Hanya saja, toleransi tidak dapat dicapai kecuali melalui jembatan menahan angkara murka dan berupaya sabar, bila seorang hamba dapat dengan mantap melewatinya, maka dia akan memasuki -pintu-pintu toleransi- dengan pertolongan dan taufik dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman memuji kaum mukminin.
“Artinya : (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan” [Ali-Imran : 134]
Dan firman-Nya yang lain.
“Artinya : … Dan apabila mereka marah, mereka memberi ma’af” [Asy-Syura : 37]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang dapat menahan angkara murkanya padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya dihadapan khalayak guna disuruh memilih bidadari mana yang dia kehendaki untuk Allah nikahkan dia dengannya” [Shahih Al-Jami 6394 dan 6398]

2. Mema’afkan dan Berlapang Dada
Kapan saja engkau menyaksikan wahai hamba yang toleran ! Keutamaan dari sikap toleransi ini dan engkau telah merasakan kelezatan dan kemuliaannya, maka engkau tidak akan berpaling darinya.
Ketahuilah ! Semoga Allah membantumu dengan pertolongan-Nya, bahwasanya tidak ada yang berpaling darinya kecuali orang yang telah Allah porak-porandakan hatinya dan Allah tutupi pandangan dan mata hatinya.
Bagaimana mungkin engkau berpaling dari derajat kemuliaan menuju tangga kehinaan ? Semoga Allah melindungi kami dan kalian dari keadaan yang demikian itu.
Para cendekiawan telah mengetahui dengan ekseperimennya dan realita yang ada, bahwa seorang hamba bila dia melampiaskan kemarahan dirinya, maka dia akan hina dan tergelincir, sementara pada sikap mema’afkan dan berlapang dada terdapat kelezatan, ketenangan, kemuliaan jiwa dan keagungan serta ketinggiannya yang tidak terdapat sedikitpun pada sikap pembalasan dan pelampiasan angkara murka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta benda, tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba dengan sikap pema’afnya kecuali kemuliaan dan tidaklah seorang bertawadlu karena Allah melainkan Allah mengangkat (derajat)nya” [Hadits Riwayat Muslim 2588 dan lainnya]

3. Mengharapkan Apa yang Ada di Sisi Allah dan Berbaik Sangka kepada Allah
Pengharapan adalah masalah yang urgen bagi muslim yang menempuh perjalanan (menuju Allah) karena dia berkisar antara dosa yang diharapkan pengampunannya, aib yang diharapkan perbaikannya, amal shalih yang diharapkan diterima, istiqamah yang diharapkan eksitensinya dan taqarrub kepada Allah serta kedudukan disisi-Nya yang diharapkan tercapai. Barangsiapa yang mengharapkan apa yang ada disisi-Nya maka dia akan mema’afkan orang lain, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebajikan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Ada seorang lelaki yang tidak beramal kebajikan sama sekali, dulunya ia biasa menghutangi orang lain, dia menyuruh utusannya : “Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang kesulitan, ma’afkan semoga Allah mema’afkan kita !” Tatkala dia meninggal, Allah bertanya : “Apakah engkau pernah beramal kebaikan sedikitpun ?!” Jawabnya : “Tidak ! Hanya saja saya memiliki seorang budak dan saya biasa menghutangi orang, bila saya mengutusnya untuk menagih hutang saya perintah ia : “Ambillah apa yang lapang biarkan yang kesulitan dan ma’afkan semoga Allah mema’afkan kita!” Allah berfirman : “Sungguh Aku telah mema’afkanmu” [Shahih Al-Jami' 2074]
Alangkah indahnya ucapan Ibnul Qayyim tatkala beliau bersyair.
Kalaulah tiada bergantung dengan pengharapan
Niscaya jiwa sang pencipta
akan nelangsa dan terbelah
Begitu pula, kalaulah dia
tidak mendinginkan panasnya
Hati, niscaya akan lebur terbakar tirai
Apakah teman yang mengerumuni
tak berlihat sama sekali
Pengharapan yang terkait dengan kekasihnya
Ataukah, setiap kali kecintaan kepada-Nya menguat
Menguat pula rasa pengharapan
hingga menambah kerinduan
Kalaulah tiada pengharapan, kendaraan
berdendang berjalan
Membawa beban menuju negerinya
mengharap perjuampaan”
[Madarijus Salikin 2/42]
Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka dia akan melupakan kebaikan terhadap orang yang pernah dia berbuat baik kepadanya, hingga seolah-olah dia tidak pernah berbuat kebaikan. Dalam hal ini dikatakan.
“Dia melupakan segala perbuatannya dan Allah yang menampakkannya. Sesunguhnya perbuatan baik bila dilupakan akan nampak dengan sendirinya”
CONTOH SIKAP TOLERANSI NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Ketahuilah wahai muslimin, bahwasanya orang yang hendak memahami makna toleransi sebagaimana mestinya, hendaknyalah dia melihat sejarah hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bermasyarakat, maka dia akan mendapatkan pengertian toleransi yang sesungguhnya.
Sungguh Al-Musthofa Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat lemah-lembut, bila para sahabat membicarakan masalah dunia, beliau ikut berbicara bersama mereka, bila mereka berbicara tentang akhirat, beliau juga ikut bercengkrama dengan mereka, dan bila di dalam rumahnya, beliau biasa membantu keluarganya (istrinya), dan sikap beliau ini seperti yang Allah firmankan.
“Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keselamatan dan keimanan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman” [At-Taubah : 128]
Dari sini, tidak ada seorangpun yang dapat mencapai derajat kesempurnaan sikap toleransi selain Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu para pewarisnya menurut kadar andil mereka dalam mencapai harta warisan beliau.

1. Toleransi Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bila Memutuskan
Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak menghardiknya, beliau bersabda : “Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk berbicara, belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya” Para sahabat berkata : “Kami tidak mendapatkan kecuali yang lebih bagus jenisnya!” Beliau bersabda : “Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah yang terbaik keputusannya” [Hadits Riwayat Bukhari 2/482 dan Muslim 11/38]

2. Toleransi Beliau Dalam Jual-Beli
Dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli onta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). [Hadits Riwayat Bukhari 4/269 dan Muslim 3/1223]
Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais Radliyallahu ‘anhu dia berkata : “Saya dan Makhramah Al-Abdi memasok (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tukang timbang tadi.

“Artinya : Timbanglah dan lebihkan !” [Hadits Riwayat Abu Dawud 3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majjah 2200 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh kami (Al-Albani) dalam Shahih Al-Jami 3568]

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM TOLERANSI
Sebagian orang terkadang masih kabur tentang pemahaman makna toleransi, dia mengira bahwa ada beberapa perkara yang bertolak belakang dengan makna toleransi. Padahal perkara tersebut adalah inti dan kunci pintu toleransi. Inti dan kunci dari pintu toleransi itu diantaranya.

[1]. Marah Ketika Keharuman Allah Dilanggar
Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka memberi ma’af dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka mema’afkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dholim, mereka membela diri” [Asy-Syura : 37 - 39]

Dari Aisyah Radliyallahu anha dia menceritakan.
“Artinya : Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disuruh memilih antara dua urusan melainkan beliau memilih yang paling mudah, selama tidak mengandung dosa, bila mengandung dosa, beliau adalah orang yang paling jauh darinya, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah sekalipun kecuali bila keharuman Allah dilanggar, beliau marah karena Allah” [Hadits Riwayat Bukhari 6/419-420 dan Muslim 2327]

[2]. Menuntut Hak
Seorang lelaki datang menuntut haknya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berlaku kasar kepada belliau, para shabatpun hendak menghardiknya, namun beliau bersabda : “Biarkanlah dia, karena orang yang mempunyai hak untuk berbicara” [Telah lewat takhrij hadits ini]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar