1. Toleransi Merupakan Penghapus Kesalahan
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Para Malaikat mengerumuni roh seorang
lelaki dari umat sebelum kalian. Mereka bertanya : ‘Apakah engkau pernah
berbuat kebajikan ?’ Ia menjawab : ‘Dulu aku menyuruh para pegawaiku untuk
memberi tangguh orang yang kesulitan (dalam membayar hutang, -pent) dan
mema’afkan orang yang mudah’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ‘Ma’afkanlah
dia” [Hadits Riwayat Bukhari 4/307 -Fath]
Beliau juga menceritakan.
“Artinya : Ada seorang lelaki sebelum kalian dihisab
ternyata tidak didapati baginya amalan kebajikan kecuali dia dulunya orang yang
lapang (berkecukupan) dia biasa berhubungan dengan orang lain, dan dia menyuruh
para pegawainya untuk mema’afkan orang yang kesulitan. Maka Allah Azza wa Jalla
memerintahkan para malaikat-Nya : ‘Kita lebih berhak untuk itu dari dia,
ma’afkanlah dia” [Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir : 3154]
Dalam riwayat lain beliau mengisahkan.
“Artinya : Sesungguhnya ada seorang lelaki sebelum
kalian didatangi malaikat maut untuk mencabut nyawanya, malaikat tadi bertanya
kepadanya : ‘Apakah engkau pernah mengamalkan kebajikan ? Jawabnya : ‘Saya
tidak tahu’. Katanya : Lihat ! Jawabnya : ‘Aku tidak mengetahui sedikitpun
(amalan baik) hanya saja saya dahulu berjual beli dan berhubungan dagang dengan
masyarakat, maka aku memberi tangguh orang yang kesulitan dan mema’afkan orang
yang lapang’. Allah-pun memasukkan ke dalam Surga” [Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir
2075]
2. Toleransi Merupakan Sebab Turunnya Rahmat Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya : Mudah-mudahan Allah merahmati sorang lelaki
yang toleran bila menjual, membeli dan menagih.” [Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir
3489]
3. Toleransi Dapat Menyelamatkan (Pelakunya) Dari
Kengerian Hari Kiamat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa memberi tangguh orang yang
kesulitan atau meletakkan hutangnya (dianggap lunas tanpa bayar, -pent) , maka
Allah akan menyelamatkannya dari kengerian di hari kiamat” [Hadit Riwayat
Muslim : 1563]
Beliau juga memberitakan.
“Artinya : Barangsiapa memberi tangguh orang yang
kesulitan atau meletakkannya, maka Allah akan menaunginya di hari kiamat pada
hari tiada naungan kecuali naungan-Nya” [Hadits Riwayat Muslim 3006, Nukilan
Hadits Jabir yang panjang]
4. Toleranasi Mengharamkan Pelakunya Dari Api Neraka
Sabda beliau.
“Artinya : Barangsiapa yang mempermudah, lemah lembut
dan lunak (perangainya), maka Allah mengharamkan api neraka atasnya” [Shahih
Jami' Ash-Shaghir 6360]
Beliau juga bersabda.
“Artinya : Maukah kalian saya beritahu tentang orang
yang diharamkan masuk neraka besok (di hari akhir) ? Yaitu orang yang lemah
lembut, familiar dan mudah (toleran)” [Shahih Al-Jami' 2606]
BEBERAPA HAL
YANG DAPAT MEMBANTU SIKAP TOLERANSI
1. Menahan Angkara Murka
Ketahuilah wahai saudaraku muslim, bahwasanya
toleransi itu adalah kerelaan hati dan kelapangan dada bukan karena menahan,
kesempitan dan terpaksa sabar melainkan toleransi adalah bukti kebaikan hati,
lahir dan bathin.
Hanya saja, toleransi tidak dapat dicapai kecuali
melalui jembatan menahan angkara murka dan berupaya sabar, bila seorang hamba
dapat dengan mantap melewatinya, maka dia akan memasuki -pintu-pintu toleransi-
dengan pertolongan dan taufik dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman memuji kaum mukminin.
“Artinya : (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarah dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat
kebajikan” [Ali-Imran : 134]
Dan firman-Nya yang lain.
“Artinya : … Dan apabila mereka marah, mereka memberi
ma’af” [Asy-Syura : 37]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang dapat menahan angkara
murkanya padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya
dihadapan khalayak guna disuruh memilih bidadari mana yang dia kehendaki untuk
Allah nikahkan dia dengannya” [Shahih Al-Jami 6394 dan 6398]
2. Mema’afkan dan Berlapang Dada
Kapan saja engkau menyaksikan wahai hamba yang toleran
! Keutamaan dari sikap toleransi ini dan engkau telah merasakan kelezatan dan
kemuliaannya, maka engkau tidak akan berpaling darinya.
Ketahuilah ! Semoga Allah membantumu dengan
pertolongan-Nya, bahwasanya tidak ada yang berpaling darinya kecuali orang yang
telah Allah porak-porandakan hatinya dan Allah tutupi pandangan dan mata
hatinya.
Bagaimana mungkin engkau berpaling dari derajat
kemuliaan menuju tangga kehinaan ? Semoga Allah melindungi kami dan kalian dari
keadaan yang demikian itu.
Para cendekiawan telah mengetahui dengan
ekseperimennya dan realita yang ada, bahwa seorang hamba bila dia melampiaskan
kemarahan dirinya, maka dia akan hina dan tergelincir, sementara pada sikap
mema’afkan dan berlapang dada terdapat kelezatan, ketenangan, kemuliaan jiwa
dan keagungan serta ketinggiannya yang tidak terdapat sedikitpun pada sikap
pembalasan dan pelampiasan angkara murka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta
benda, tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba dengan sikap pema’afnya
kecuali kemuliaan dan tidaklah seorang bertawadlu karena Allah melainkan Allah
mengangkat (derajat)nya” [Hadits Riwayat Muslim 2588 dan lainnya]
3. Mengharapkan Apa yang Ada di Sisi Allah dan Berbaik
Sangka kepada Allah
Pengharapan adalah masalah yang urgen bagi muslim yang
menempuh perjalanan (menuju Allah) karena dia berkisar antara dosa yang
diharapkan pengampunannya, aib yang diharapkan perbaikannya, amal shalih yang
diharapkan diterima, istiqamah yang diharapkan eksitensinya dan taqarrub kepada
Allah serta kedudukan disisi-Nya yang diharapkan tercapai. Barangsiapa yang
mengharapkan apa yang ada disisi-Nya maka dia akan mema’afkan orang lain, sebab
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat
kebajikan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Ada seorang lelaki yang tidak beramal
kebajikan sama sekali, dulunya ia biasa menghutangi orang lain, dia menyuruh
utusannya : “Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang kesulitan, ma’afkan semoga
Allah mema’afkan kita !” Tatkala dia meninggal, Allah bertanya : “Apakah engkau
pernah beramal kebaikan sedikitpun ?!” Jawabnya : “Tidak ! Hanya saja saya
memiliki seorang budak dan saya biasa menghutangi orang, bila saya mengutusnya
untuk menagih hutang saya perintah ia : “Ambillah apa yang lapang biarkan yang
kesulitan dan ma’afkan semoga Allah mema’afkan kita!” Allah berfirman :
“Sungguh Aku telah mema’afkanmu” [Shahih Al-Jami' 2074]
Alangkah indahnya ucapan Ibnul Qayyim tatkala beliau
bersyair.
Kalaulah tiada bergantung dengan pengharapan
Niscaya jiwa sang pencipta
akan nelangsa dan terbelah
Begitu pula, kalaulah dia
tidak mendinginkan panasnya
Hati, niscaya akan lebur terbakar tirai
Apakah teman yang mengerumuni
tak berlihat sama sekali
Pengharapan yang terkait dengan kekasihnya
Ataukah, setiap kali kecintaan kepada-Nya menguat
Menguat pula rasa pengharapan
hingga menambah kerinduan
Kalaulah tiada pengharapan, kendaraan
berdendang berjalan
Membawa beban menuju negerinya
mengharap perjuampaan”
[Madarijus Salikin 2/42]
Niscaya jiwa sang pencipta
akan nelangsa dan terbelah
Begitu pula, kalaulah dia
tidak mendinginkan panasnya
Hati, niscaya akan lebur terbakar tirai
Apakah teman yang mengerumuni
tak berlihat sama sekali
Pengharapan yang terkait dengan kekasihnya
Ataukah, setiap kali kecintaan kepada-Nya menguat
Menguat pula rasa pengharapan
hingga menambah kerinduan
Kalaulah tiada pengharapan, kendaraan
berdendang berjalan
Membawa beban menuju negerinya
mengharap perjuampaan”
[Madarijus Salikin 2/42]
Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka dia akan melupakan kebaikan terhadap orang yang pernah dia berbuat baik
kepadanya, hingga seolah-olah dia tidak pernah berbuat kebaikan. Dalam hal ini
dikatakan.
“Dia melupakan segala perbuatannya dan Allah yang menampakkannya. Sesunguhnya perbuatan baik bila dilupakan akan nampak dengan sendirinya”
“Dia melupakan segala perbuatannya dan Allah yang menampakkannya. Sesunguhnya perbuatan baik bila dilupakan akan nampak dengan sendirinya”
CONTOH SIKAP
TOLERANSI NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Ketahuilah
wahai muslimin, bahwasanya orang yang hendak memahami makna toleransi
sebagaimana mestinya, hendaknyalah dia melihat sejarah hidup Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam bermasyarakat, maka dia akan mendapatkan pengertian
toleransi yang sesungguhnya.
Sungguh Al-Musthofa Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang sangat lemah-lembut, bila para sahabat membicarakan masalah
dunia, beliau ikut berbicara bersama mereka, bila mereka berbicara tentang
akhirat, beliau juga ikut bercengkrama dengan mereka, dan bila di dalam
rumahnya, beliau biasa membantu keluarganya (istrinya), dan sikap beliau ini seperti
yang Allah firmankan.
“Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keselamatan dan keimanan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang yang beriman” [At-Taubah : 128]
Dari sini, tidak ada seorangpun yang dapat mencapai
derajat kesempurnaan sikap toleransi selain Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu para pewarisnya menurut kadar andil mereka dalam mencapai harta
warisan beliau.
1. Toleransi Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bila
Memutuskan
Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, bahwasanya ada
seorang lelaki yang menagih Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam sembari
bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak menghardiknya,
beliau bersabda : “Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk
berbicara, belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya” Para sahabat
berkata : “Kami tidak mendapatkan kecuali yang lebih bagus jenisnya!” Beliau
bersabda : “Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah
yang terbaik keputusannya” [Hadits Riwayat Bukhari 2/482 dan Muslim 11/38]
2. Toleransi Beliau Dalam Jual-Beli
Dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhu, bahwasanya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli onta dari dirinya, beliau
menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). [Hadits Riwayat Bukhari 4/269
dan Muslim 3/1223]
Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais Radliyallahu ‘anhu dia
berkata : “Saya dan Makhramah Al-Abdi memasok (mendatangkan) pakaian/makanan
dari Hajar, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami dan belaiu
membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tukang timbang tadi.
“Artinya : Timbanglah dan lebihkan !” [Hadits Riwayat Abu Dawud 3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majjah 2200 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh kami (Al-Albani) dalam Shahih Al-Jami 3568]
HAL-HAL YANG
PERLU DIPERHATIKAN DALAM TOLERANSI
Sebagian orang terkadang masih kabur tentang pemahaman
makna toleransi, dia mengira bahwa ada beberapa perkara yang bertolak belakang
dengan makna toleransi. Padahal perkara tersebut adalah inti dan kunci pintu
toleransi. Inti dan kunci dari pintu toleransi itu diantaranya.
[1]. Marah Ketika Keharuman Allah Dilanggar
Allah Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka memberi ma’af dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka mema’afkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dholim, mereka membela diri” [Asy-Syura : 37 - 39]
Dari Aisyah Radliyallahu anha dia menceritakan.
“Artinya : Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam disuruh memilih antara dua urusan melainkan beliau memilih yang paling
mudah, selama tidak mengandung dosa, bila mengandung dosa, beliau adalah orang
yang paling jauh darinya, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
pernah marah sekalipun kecuali bila keharuman Allah dilanggar, beliau marah
karena Allah” [Hadits Riwayat Bukhari 6/419-420 dan Muslim 2327]
[2]. Menuntut Hak
Seorang lelaki datang menuntut haknya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berlaku kasar kepada belliau,
para shabatpun hendak menghardiknya, namun beliau bersabda : “Biarkanlah dia,
karena orang yang mempunyai hak untuk berbicara” [Telah lewat takhrij hadits ini]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar