Tadharru’ adalah sebuah istilah yang berarti ketundukan diri
yang sangat dan rasa malu yang disebabkan oleh rasa putus asa dan ia
diekspresikan ketika seseorang mencapai keadaan kritis. Imam Ahmed ibn Hambal
menjelaskan dengan mengatakan, ”Bayangkan seseorang yang tenggelam di tengah
lautan dan yang dimilikinya hanyalah sebatang kayu yang
digunakannya supaya terapung. Ia menjadi semakin lemah dan gelombang air
asin mendorongnya semakin dekat pada kematian. Bayangkanlah ia dengan tatapan
matanya yang penuh harapan menatap ke arah langit dengan putus asa sambil
berteriak Ya Tuhanku, Tuhanku!!!!! Bayangkanlah betapa putus asanya dia dan
betapa tulusnya ia meminta pertolongan Tuhan. Itulah yang disebut dengantadharru
di hadapan Tuhan”.
Dalam
al-Qur’an, Allah mengajarkan kita bahwa tadharru adalah sebuah bentuk
pengabdian yang dilakukan oleh seorang mukmin ketika ia berada pada keadaan
darurat dan krisis. Tadharru mengharuskan seseorang
untuk menghilangkan tabir kesombongan dan rasa ego yang menutupi hatinya.
Ia melibatkan rasa butuh yang tulus kepada Tuhan semesta alam. Hal ini
menunjukkan bahwa seseorang itu telah menyadari betapa lemahnya ia dan betapa
perkasanya Tuhan kita. Terkadang ketika Allah melihat hamba-Nya begitu tenggelam
dalam kehidupan dunia, Ia memberi cobaan pada mereka agar mereka menyadari
kelemahan mereka dan kembali meminta perlindungan Allah. Karena itu,
musibah yang menimpa seorang Muslim adalah untuk menyadarkannya dan
membuatnya kembali kepada Tuhan. Kita harus memiliki cukup
kesadaran dan pengertian untuk memahami pesan ini dan menindaklanjutinya.
Allah SWT
mengatakan, “Dan sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat
sebelummu, lalu Kami siksa mereka (sebagai ujian) dengan
kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka tunduk (kepada Allah)
(QS 6:42). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT menggunakan
musibah sebagai metode rutin untuk menyadarkan orang dan
mendorong mereka untuk meminta pertolongan pada-Nya. Musibah ini ibarat
obat yang pahit supaya kita menjadi mukmin yang lebih baik. Allah
melakukan hal ini untuk kebaikan kita sendiri karena kita harus menjaga
hubungan baik dengan-Nya. Allah menyatakan bahwa kita membutuhkan ‘obat ‘ ini
dalam ayat berikut, “Dan kalau sekiranya Kami mengasihi mereka dan Kami
hilangkan bencana yang ada (menimpa) mereka, niscaya mereka terus-menerus
terombang-ambing dalam kesesatan mereka” (QS 23:75).
Dalam ayat yang
lain Allah SWT bersabda, “Maka mengapa mereka tidak tunduk ketika datang
siksaan Kami, bahkan hati mereka amat keras dan setan menampakkan keindahan
terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS: 6:43). Kita tidak boleh melakukan
kesalahan seperti ini dan menutup mata dan hati kita terhadap panggilan Allah
untuk tunduk dan merasa malu kepada-Nya. Kita tidak boleh membiarkan setan
menipu kita untuk percaya bahwa permasalahan kita tidak ada kaitannya dengan
hubungan kita dengan Allah.
Allah SWT
mengatakan, “Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melepaskan kamu dari kegelapan
(bencana) di darat dan di laut yang kamu berdoa kepada-Nya dengan merendahkan
diri dan dengan pelan; sungguh jika Dia menyelamatkan kami dari (bahaya) ini,
tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur!’, Katakanlah, ‘Allah
menyelamatkan kamu daripadanya dan dari segala kesusahan, kemudian kamu
kembali mempersekutukan-Nya’” (QS 6:63-64). Tidak ada seorangpun yang akan
menyelamatkan kita dari kegelapan yang kita alami sekarang ini kecuali Allah
SWT, namun sebelumnya, kita harus menyerunya dengan penuh ketundukan.
Bagaimana
mencapai tadharru’:
Kita perlu
menyadari musibah besar yang menimpa kita saat ini. Anak-anak kita
dihujani oleh berton-ton misil. Orang-orang Muslim ditindas dan disiksa
di berbagai penjuru dunia. Belum begitu lama berselang ribuan wanita diperkosa
di Balkan dan hingga saat ini orang-orang tidak berdosa tewas oleh
peluru-peluru Israel. Rumah-rumah dihancurkan dan kehormatan diinjak-injak
setiap harinya. Ini bukan saja tentang Irak, dan percaya atau tidak, ini juga
bukan hanya tentang Umat Islam. Ini tentang planet kita, Bumi. Dunia kita
mengarah pada jurang dan hal ini terus berlanjut. Kita dapat menipu diri kita
sendiri dengan mengatakan bahwa hal ini tidak ada pengaruhnya pada diri kita
sendiri, namun kita akan bersalah akibat mengabaikannya. Jika kita tidak
menyadari parahnya situasi saat ini, maka kita memiliki masalah tambahan.
Bacalah ayat (6:43) di atas. Kita butuh akan pertolongan dan perlindungan
Tuhan!
Ketika ikan
paus menelan Nabi Yunus AS setelah ia dilempar dari perahu, ia berada dalam
situasi yang mengerikan. Bayangkanlah sejenak bagaimana rasanya terperangkap
dalam sebuah kamar mandi kecil yang gelap dan tidak ada harapan untuk keluar
dari situ. Sekarang bayangkan diri Anda berada dalam perut ikan paus, bayangkan
kegelapannya dan kesulitan bernafasnya. Ikan paus tersebut berenang di laut
yang berbadai dan pada malam hari. Bayangkanlah apa yang dirasakan oleh Nabi
Yunus AS, dan bayangkan bagaimana ia berdoa dengan penuh ketundukan dengan
mengatakan, “ Sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang yang aniaya” (QS 21:87). Bayangkan seorang
nabi, seorang contoh panutan manusia, mengatakan bahwa dirinya sebagai seorang
yang aniaya, lantas bayangkanlah bagaimana kita seharusnya memohon kepada
Allah..
Pada malam
sebelum perang Badar, Nabi Muhammad melihat bagaimana pasukan berhala menang
secara jumlah dari mereka dan bersenjata lengkap. Kemudian beliau membandingkan
dengan pasukan Muslim dan betapa sedikit dan kurang persenjataan. Perang Badar
merupakan konfrontasi militer pertama antara Muslim dan Kafir dalam sejarah
Islam. Jika umat Islam kalah maka Islam akan hilang dari muka bumi selamanya.
Menyadari hal ini, Nabi Muhammad mulai memanjatkan doa kepada Allah dengan
penuh ketundukan. Beliau mengangkat tangannya tinggi-tinggi,
membentangkan tangannya. Beliau kemudian berdoa dengan tulus kepada Allah dan
tubuhnya bergetar sehingga menyebabkan surbannya jatuh ke punggungnya. Beliau
memohon pada Allah dan menangis, “wahai yang Mahahidup!!! Wahai Yang Maha
Memberi Rizki, wahai Yang Mahapenolong!! Ya Allah, jika Engkau binasakan
pasukan ini (Islam) Engkau tak akan disembah lagi dimuka bumi ini. Ya
Allah penuhilah janjimu kepadaku. Ya Allah, berikanlah pertolonganmu.
Inilah
tingkatan rasa malu yang harus kita usahakan untuk kita capai ketika berdoa
kepada Allah dalam meminta pertolongan. Mari kita memohon kepada Allah dengan
tingkat kerendahan yang paling maksimal seakan-akan kita benar-benar tenggelam
di laut dan tidak ada lagi yang dapat menyelamatkan kita kecuali Dia. Mari kita
bangun di malam hari untuk mengerjakan shalat malam, dan mari kita bersimpuh di
hadapan Tuhan memohon padanya seakan-akan kita tidak pernah melakukan
sebelumnya. Mari kita berkumpul bersama dan melakukannya bersama-sama. Mari
kita berdoa dengan penuh rasa hina bersama-sama. Mari kita menangis, dan
mari kita berlari menuju padanya bersama keluarga dan teman. Mari kita
semua memohon atas pertolongan, perlindungan,dan petunjuk-Nya.
Tadharru’…… adalah apa yang harus kita pahami dan kerjakan.
Kita harus mencapai tadharru sehingga Allah mau mengubah keadaan kita,
karena……
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah dirinya
sendiri”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar