Tadzakkur artinya mengambil pelajaran dan tafakkur berarti
memikirkan atau mengamati. Tadzakkur yang menjadi tempat persinggahan
hati merupakan pasangan inabah. Allah befirman,
“Dan, tiadalah
yang mau mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (Al-Mukmin: 13).
Tadzakkur ini merupakan sifat yang khusus bagi orang-orang yang
mau berpikir dan berakal, sebagaimana firman-Nya,
“Hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.”(Ar-Ra’d: 19).
Tadzakkur dan tafakkur merupakan dua tempat persinggahan
yang membuahkan berbagai macam ma’rifat, hakikat iman dan kebajikan. Orang yang
memiliki ma’rifat senantiasa mengembalikan tadzakkur kepada tafakkur,
dan mengembalikan tafakkur kepada tadzakkur, hingga dapat
membuka gembok hatinya.
Pengarang Manazilus-Sa’irin
menjelaskan bahwa tadzakkur setingkat di atas tafakkur. Sebab
tafakkur itu merupakan pencarian, sedangkan tadzakkur merupakan
wujud. Maksudnya, tafakkur adalah mencari tujuan semenjak dari
permulaannya, seperti yang dikatakan dalam pepatah, “Tafakkur adalah
mencari bisikan hati, untuk mengetahui keinginannya.” Tadzakkur merupakan
wujud, karena ia ada setelah ada tafakkur, yang bisa hilang karena lupa.
Jika ingat, maka tadzakkur ini pun ada.
Tadzakkur merupakan kata aktiva dari dzikr (ingat),
kebalikan dari lupa. Artinya hadirnya gambaran sesuatu yang diingat dan
diketahui di dalam hati. Kedudukan tadzakkur di samping tafakkur sama
dengan kedudukan perolehan sesuatu yang dituntut setelah memeriksa dan
menyelidikinya. Karena itu ayat-ayat Allah yang dibaca dan dapat disaksikan
merupakan peringatan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-Nya yang dibaca,
“Dan,
sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan Kami wariskan Taurat
kepada Bani Israel, agar menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang
berpikir.” (Al-Mukmin: 53-54).
Allah befirman
dalam ayat-ayat-Nya yang bisa disaksikan,
“Maka apakah
mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka,bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai
retak-retaksedikitpun?Dan, Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya
gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang
indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap
hamba yang kembali (mengingat Allah).” (Qaf: 6-8).
Manusia ada
tiga macam:
1. Orang yang
hatinya mati dan seakan-akan dia tidak mempunyai hati. Ayat Allah tidak akan
menjadi peringatan bagi hati ini.
2. Orang yang
mempunyai hati yang hidup dan siap, namun ia tidak memperhatikan ayat-ayat
Allah yang dibaca, yang mengabarkan ayat-ayat-Nya yang dapat disaksikan, entah
karena ayat-ayat itu memang tidak sampai kepadanya, karena dia sibuk dengan
halhal yang lain, entah karena sebab lain. Orang seperti ini hatinya pergi
entah ke mana dan tidak ada di tempat. Hati ini juga tidak mempan oleh
peringatan, sekalipun sebenarnya ia siap.
3. Orang yang
hatinya benar-benar hidup dan siap. Bila ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya,
maka ia pun menyimak dengan pendengarannya, menghadirkan hatinya, sibuk
memahami apa yang didengarnya. Hati seperti inilah yang bisa mengambil manfaat
dari ayat-ayat yang dibaca maupun ayat-ayat yang disaksikan.
Orang pertama
seperti orang buta yang sama sekali tidak bisa melihat. Orang kedua seperti
orang yang dapat melihat, namun arahnya tidak tepat pada sasaran yang mestinya
dilihat. Dua orang ini sama-sama tidak bisa melihat Allah. Orang ketiga seperti
orang yang dapat melihat dan memusatkan pandangan ke sasarannya, baik dari
jarak yang dekat maupun jauh. Inilah orang yang dapat melihat Allah. Mahasuci
Allah yang menjadikan kalam-Nya obat penyembuh dari penyakit yang menghimpit
dada.
Pengarang Manazilus-Sa’irin
menjelaskan bahwa bangunan tadzakkur itu ada tiga macam:
1. Mengambil
manfaat dari izhah. Maksud izhah di sini adalah perintah dan
larangan, yang lebih dikenal dengan istilah at-targhib wat-tarhib.
Izhah ada dua macam: Izhah dengan pendengaran dan
dengan penglihatan. Izhah dengan pendengaran ialah mengambil manfaat
dari petunjuk dan nasihat yang didengar, yang disampaikan para rasul atau apa
yang diwahyukan kepada mereka, atau dari siapa pun yang menyampaikan nasihat,
demi kemaslahatan agama dan dunia. Sedangkan izhah dengan penglihatan
ialah mengambil manfaat dari apa pun di dunia ini yang bisa dilihat dari
tanda-tanda kekuasaan Allah dan yang menunjukkan kebenaran para rasul.
Mengambil manfaat dari izhah tidak bisa dilakukan kecuali setelah ada
tiga perkara: Sangat membutuhkan izhah itu, tidak melihat aib pemberi izhah
dan mengingat janji serta ancaman.
2.Mencari
kejelasan lewat pelajaran. Karena tadzakkuritu berarti mencermati
makna-makna yang diperoleh dengan memikirkan ayat-ayat dan pelajaran, maka tadzakkur
ini bisa didapatkan dengan tafakkur. Sementara tekad untuk
melanjutkan perjalanan tergantung pada kekuatan pengetahuan tentang
perjalanannya, sebab pengetahuan inilah yang memberi batasan gerak dan tujuan.
Jika perasaan terhadap kekasih semakin kuat, maka perjalanan hati pun juga
menjadi tegar. Jika pikiran terpusat ke perjalanan ini, maka perasaan juga
semakin terarah kepadanya. Mencari kejelasan dengan pelajaran ini dapat
dilakukan dengan tiga perkara: Dengan akal yang hidup, mengetahui lamanya
perjalanan dan selamat hingga sampai ke tujuan.
3. Mencari buah
pikiran. Ini merupakan masalah yang sangat lembut dan sensitif. Pikiran itu
mempunyai dua buah: Mendapatkan apa yang dicari secara utuh sebisa mungkin, dan
berbuat sebagaimana lazimnya untuk memenuhi hak. Saat hati sedang memikirkan,
maka boleh jadi bebannya terlalu berat sehingga menghambatnya untuk memperoleh
apa yang diinginkan. Jika hati sudah kembali normal dan akal menjadi tenang,
maka ia kembali seperti keadaan semula dan ingat lagi apa yang dicarinya.
Memang masalah ini agak rumit untuk dipahami. Tapi sekedar sebagai gambaran,
orang yang mencari harta tentu terus bersemangat dan bersungguh-sungguh
mencarinya,sekalipun dia dalam keadaan letih dan penat. Jika dia sudah
mendapatkannya, maka dia pun merasa tenang dan pulang sambil membawa
keuntung-an perdagangannya. Jika dia orang yang benar,maka dia akan
mem-belanjakan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya. Buah pikiran
bisa dipetik dengan tiga cara: Tidak mengumbar harapan, menyimak Al-Qur’an, dan
meninggalkan lima perkara yang merusak hati: Tidak banyak bergaul, tidak
mengumbar angan-angan, tidak bergantung kepada selain Allah dan mengurangi
makan serta sedikit tidur. Karena ini merupakan tingkatan yang paling tinggi
dari tadzakkur, maka kami akan mengupasnya dengan porsi yang lebih
banyak.
Tidak mengumbar
harapan artinya menyadari tentang dekatnya per jalanan dan begitu singkatnya
tempo kehidupan. Ini merupakan perkara yang paling bermanfaat bagi hati, karena
yang demikian ini bisa mendorong seorang hamba untuk mengefektifkan waktu yang
terus berlalu seperti awan dan untuk segera membalik lembaran-lembaran
hidupnya,menggugah hasratnya kepada akhirat, mendorongnya untuk segera
menyentuh garis finish dan berzuhud di dunia, pandangannya hanya tertuju ke
akhirat. Dengan begitu di dalam hatinya ada kesaksian yang memberi keyakinan
tentang dunia yang fana dan begitu cepat ia berlalu serta tertinggal di
belakang. Di hadapannya terpampang akhirat yang kekal dan semua akan menuju ke
sana. Sebagai bukti agar harapan ini tidak diumbar adalah firman Allah,
“Dan (ingatlah)
akan hari (yang pada waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa pada
hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja
pada siang hari (pada waktu itu) mereka saling berkenalan.” (Yunus: 45).
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakanakan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (An-Nazi’at: 46).
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakanakan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (An-Nazi’at: 46).
Tidak mengumbar
harapan ini didasarkan pada dua hal: Pertama,meyakini kefanaan dunia dan
perpisahan dengannya. Kedua, kekekalan akhirat dan kepastian bersua dengannya.
Kemudian dua perkara ini dibandingkan, dan tentukan mana yang lebih
dipentingkan.
Menyimak
Al-Qur’an artinya memusatkan perhatian hati ke maknamaknanya,memusatkan pikiran
untuk mengamati dan memikirkannya. Inilah maksud diturunkannya Al-Qur’an, dan
bukan sekedar membacanya tanpa pemahaman, pendalaman dan perhatian. Firman-Nya,
“Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah, supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran. “(Shad: 29).
Al-Hasan berkata,
“Al-Qur’an diturunkan agar diperhatikan dan diamalkan. Maka amalkanlah apa yang
kalian baca.”
Tidak ada yang
lebih bermanfaat bagi hamba di dunia dan di akhirat serta yang lebih dekat
dengan keselamatannya selain dari mendalami dan memperhatikan Al-Qur’an serta
memikirkan makna ayat-ayatnya, karena makna-makna ini akan menunjukkan
tanda-tanda kebaikan dan keburukan dengan segala hiasannya, menunjukkan jalan,
sebab dan buah kebaikan dan keburukan, menyodorkan kunci-kunci simpanan
keba-hagiaan dan ilmu yang bermanfaat, meneguhkan sendi-sendi iman di dalam
hati,mengokohkan bangunannya, memperlihatkan gambaran dunia dan akhirat, surga
dan neraka, memperlihatkan keadaan berbagai umat,keadilan Allah dan
karunia-Nya, Dzat, sifat, asma dan perbuatan-Nya, apaapa yang dicintai dan
dibenci-Nya, menunjukkan jalan yang menghantarkan kepada-Nya,
penghambat-penghambat jalan dan ujian-nya,memperlihatkan tingkatan-tingkatan
orang yang berbahagia dan menderita, macam-macam manusia dan golongannya.
Secara umum makna-makna Al-Qur’an ini memperkenalkan Allah yang diseru dan
jalan yang menghantarkan kepada-Nya.
Kebalikan dari
hal-hal di atas, makna-makna Al-Qur’an juga menunjukkan apa yang diserukan
syetan, jalan yang menghantarkan kepada-nya,dan akibat yang bakal diterima orang
yang memenuhi seruan ini, berupa kehinaan dan siksaan setelah dia sampai
kepadanya.
Inilah
perkara-perkara yang perlu diperhatikan hamba, agar dia bisa mengetahui akhirat
seakan-akan dia berada di sana dan tidak lagi berada di dunia ini, bisa
membedakan mana yang haq dan mana yang batil dalam perkara-perkara yang
diperselisihkan, sehingga yang haq benar-benar haq dan yang batil benar-benar
batil, memberinya cahaya untuk membedakan petunjuk dan kesesatan, jalan lurus
dan jalan menyimpang, memberikan kekuatan di dalam hati, kehidupan, kelapangan
dan kegembiraan.
Makna-makna
Al-Qur’an berkisar pada masalah tauhid dan penjelasan-penjelasannya, ilmu
tentang Allah dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya,sifat-sifat kekurangan yang
dijauhkan dari-Nya, pengenalan hak-hak hamba dan hak-hak yang mengutus mereka,
iman kepada malaikat yang merupakan utusan Allah dalam menangani urusan alam
atas dan alam bawah, khususnya segala urusan manusia, apa yang telah disiapkan
Allah bagi musuh-musuh-Nya, berupa kampung siksaan, yang di dalam-nya sama
sekali tidak ada kegembiraaan dan kesenangan, rincian perintah dan larangan,
syariat dan qadar, halal dan haram, nasihat dan peri-ngatan,kisah-kisah dan
permisalan, sebab-sebab, hukum, prinsip, tujuan dan lainlainnya.
Adapun lima
perkara yang merusak hati adalah: Banyak bergaul dengan manusia, mengumbar
harapan, bergantung kepada selain Allah,kenyang dan banyak tidur.
Ketahuilah
bahwa hati itu dalam perjalanan kepada Allah Azza wa Jalla dan kampung
akhirat. Jalan yang benar sudah ditunjukkan, begitu pula ujian jiwa dan amal,
penghambat-penghambat jalan yang dapat disingkirkan dengan cahaya, kehidupan
dan kekuatannya, dengan kesehatan pendengaran dan penglihatannya. Lima perkara
inilah yang akan memadamkan cahaya hati, menutupi penglihatan dan menyumbat
pendengarannya,membuatnya bisu dan tuli, melemahkan kekuatannya,menggerogoti
kesehatannya dan menghentikan tekadnya. Siapa yang tidak merasakan semua ini,
berarti hatinya mati. Sementara luka pada orang yang sudah mati tidak
membuatnya kesakitan.
Tidak ada
kenikmatan, kelezatan, kesenangan dan kesempurnaan kecuali dengan mengetahui
Allah dan mencintai-Nya, merasa tentram saat menyebut-Nya, senang berdekatan
dengan-Nya dan rindu bersua dengan-Nya. Inilah surga dunia baginya, sebagaimana
dia tahu bahwa kenikmatannya yang hakiki adalah kenikmatan di akhirat dan di
surga. Dengan begitu dia mempunyai dua surga. Surga yang kedua tidak dimasuki
sebelum dia memasuki surga yang pertama.
Kami pernah
mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Sesungguhnya di dunia ini ada
surga, siapa yang tidak memasukinya,maka dia tidak akan memasuki surga di
akhirat.”
Sebagian orang
arif berkata, “Hari-hari telah berlalu dan dapat dirasakan hati. Maka saya
katakan, ‘Jika para penghuni surga seperti ini keadaannya, tentunya mereka
benar-benar dalam kehidupan yang sangat menyenangkan’.”
Sebagian yang
lain berkata, “Para penghuni dunia yang celaka keluar dari dunia tanpa
merasakan kenikmatan sedikit pun yang ada di dalamnya.” Orang-orang bertanya,
“Lalu apakah yang paling nikmat di dunia?” Dia menjawab, “Mencintai Allah,
bersama-Nya, kerinduan bersua dengan-Nya, menghadap kepada-Nya dan berpaling
dari hal-hal selain-Nya.”
Lima perkara
ini menjadi penghalang antara hati dan Allah, menghambat perjalanannya dan
menimbulkan penyakit di dalamnya. Inilah uraiannya.
1. Terlalu
Banyak Bergaul dengan manusia. Hal ini bisa memenuhi hati dengan polusi napas
Bani Adam, sehingga hati mereka menjadi hitam,lalu menimbulkan perselisihan,
kepekatan, perpecahan dan beban yang berat untuk dipikul. Akibat yang
ditanggungnya adalah gesekan dengan teman-teman yang jahat, banyak
kemaslahatannya yang terbuang siasia,sibuk dengan urusan mereka, pikiran
terpecah untuk memenuhi berbagai macam keinginan dan tuntutan mereka. Jika
seperti ini keadaannya, lalu apa yang menyisa bagi Allah dan kampung akhirat?
Pergaulan yang
didasari cinta dunia dan ambisi ini bisa berubah menjadi permusuhan jika semua
hakikat terkuak, sehingga menimbulkan penyesalan bagi sebagian di antara
mereka. Yang lebih celaka lagi, jika penyesalan ini terasa setelah di akhirat.
Firman Allah,
“Teman-teman
akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf:
67).
“Dan (ingatlah)
hari (ketika) orang yang zhalim menggigit dua tangannya,seraya berkata, Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah
bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan Fulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu
telah datang kepadaku.Dan, adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29).
Inilah keadaan
orang-orang yang bersekutu untuk mendapatkan suatu tujuan. Mereka senantiasa
tampak saling bahu-membahu dan menyayangi untuk mendapatkan tujuan itu. Jika
ternyata tujuan itu meleset, maka yang ada tinggal penyesalan, kesedihan dan
penderitaan. Kasih sayang itu pun berubah menjadi kebencian, kutukan dan celaan
sebagian terhadap sebagian yang lain. Cukup banyak bukti tentang hal ini. Untuk
mencari keseimbangan dalam masalah pergaulan ini atau pergaulan yang bermanfaat
ialah bergaul dengan manusia dalam kebaikan,seperti menghadiri shalat Jum’at,
jama’ah, haji, mempelajari ilmu,berjihad, nasihat-menasihati, menjauhi mereka
dalam keburukan dan hal-hal mubah yang kelewatan. Jika seseorang terpaksa harus
bergaul dengan mereka dalam keburukan dan tidak mungkin untuk menghindar,maka
dia harus waspada agar jangan sampai menyerupai mereka dan dia harus bersabar
menghadapi gangguan mereka. Sebab sudah selayaknya jika mereka mengganggunya,
terlebih jika dia tidak mempunyai kekuatan dan pendukung. Sebab jika dia
berbuat seperti yang mereka perbuat, hanya akan mendatangkan kehinaan dan
celaan orangorang Mukmin dan Allah.
2. Mengarungi
hamparan lautan harapan dan angan-angan yang tidak bertepi. Ini merupakan
lautan yang diarungi orang yang bangkrut,sebagaimana yang dikatakan dalam
pepatah, “Angan-angan merupakan modal orang yang bangkrut.” Barang dagangan
para penumpangnya adalah janji-janji syetan dan hayalan yang menipu. Gelombang
anganangan dusta dan hayalan batil terus bergulung-gulung, mempermainkan
penumpang, seperti anjing yang mempermainkan bangkai.
Angan-angan ini
disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ada yang berangan-angan memegang
kekuasaan, ada yang berangan-angan memiliki harta yang menumpuk, memiliki
istri-istri yang cantik dan lain sebagainya. Setiap orang menciptakan di dalam
jiwanya gambaran yang diinginkannya. Seakan-akan dia beruntung mendapatkannya.
Tapi ketika dia tersadar, ternyata tangannya hampa dan hanya memegang bantal.
Tapi orang yang
memiliki hasrat yang tinggi, maka angan-angannya berkisar pada ilmu dan iman
serta amal yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah. Dikatakan dalam syair, “Angan-anganku
adalah iman, hikmah dan cahaya sedang angan-angan mereka adalah tipuan belaka.”
Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam telah memuji orang yang mengangan-angankan kebaikan,
sehingga dalam kondisi tertentu, dia mendapatkan pahala seperti pahala yang
didapatkan orang yang mengerjakan kebaikan itu, seperti perkataannya, “Andaikan
aku mempunyai harta yang melimpah, tentu aku akan membelanjakannya seperti yang
dilakukan Fulan karena Allah semata, digunakan untuk menyambung tali
persaudaraan dan menshadaqahkannya menurut haknya.”
3. Bergantung
kepada selain Allah. Ini merupakan perusak hati yang paling besar dan tidak ada
yang lebih berbahaya selain dari hal ini, tidak ada yang lebih menghambat
kemaslahatan dan kebahagiaannya selain dari hal ini. Jika hati bergantung
kepada selain Allah, maka Allah menyerahkannya kepada sesuatu yang dijadikan
sebagai gantungannya.Padahal apa yang dijadikan sebagai gantungan itu dihinakan
Allah dan dia tidak mendapatkan maksudnya karena dia beralih kepada selain
Allah, sehingga dia tidak mendapatkan apa yang ada di sisi Allah dan tidak
mendapatkan dari apa yang dijadikannya sebagai gantungan seperti yang
diharapkannya. Firman Allah,
“Dan, mereka
telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agarsembahan-sembahan itu
menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka
(sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (para pengikutnya)
terhadapnya, dan mereka (sembahansembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.”
(Maryam: 81-82).
Orang yang
paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Orang yang bergantung
kepada selain Allah seperti orang yang berlindung dari panas dan dingin dengan
rumah laba-laba, karena rumah laba-laba merupakan rumah yang paling rapuh.
Secara umum, landasan dan fondasi syirik adalah bergantung kepada selain Allah,
sehingga pelakunya mendapat kehinaan dan celaan.
“Janganlah kamu
adakan sesembahan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela
dan tidak ditinggalkan (Allah).” (Al-Isra’:22).
4. Perusak hati
yang keempat adalah makanan yang berlebihan. Ada dua macam kaitannya dengan
makanan ini: Pertama, jenis makanannya itu sendiri seperti makanan yang
diharamkan. Makanan yang diharamkan ini juga ada dua macam: Yang haram menurut
hak Allah, seperti bangkai, darah, babi, binatang buas yang bertaring dan
burung yang bercakar tajam. Yang haram menurut hak manusia, seperti barang
curian dan yang diambil tidak berdasarkan ridha pemiliknya. Kedua, makanan yang
merusak karena pertimbangan porsi dan jumlahnya serta yang melebihi batasnya,
seperti berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan yang halal dan makan
terlalu kenyang, karena bisa memberatkannya untuk mengerjakan ketaatan dan
membuatnya sibuk dengan urusan makanan semata, sehingga bisa membuat badannya
menjadi gemuk dan menguatkan dorongan syahwat, yang berarti membuka jalan yang
lapang bagi syetan. Sebab syetan bisa menyusup ke dalam tubuh manusia lewat
aliran darahnya. Maka tidak heran jika puasa mempersempit dan menghalangi
jalannya, sementara perut kenyang melapangkan jalan bagi syetan. Siapa yang
makan banyak dan minum banyak, membuatnya banyak tidur, lalu banyak menyesal.
Di dalam hadits yang masyhur telah disebutkan sabda Nabi Shal-lallahuAlaihi
wa Sallam,
“Tidaklah
seorang anak Adam memenuhi bejana yanglebih buruk daripadaperutnya. Cukuplah
bagi anak Adam beberapa suap yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Jikalau
memang harus berbuat, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk
minumannya dan sepertiga untuk napasnya.”
5. Banyak
tidur. Karena banyak tidur membuat badan terasa berat, membuang-buang waktu
secara percuma, mengakibatkan lalai dan malas serta hal-hal makruh lainnya.
Yang pasti, banyak tidur tidak bermanfaat bagi badan. Sedangkan tidur yang
paling bermanfaat ialah jika memang diperlukan untuk tidur. Tidur pada awal
malam lebih baik dan lebih bermanfaat daripada tidur pada akhir malam, dan
tidur tengah malam lebih bermanfaat daripada dua tepinya. Yang paling
banyak bahayanya adalah tidur sehabis ashar dan pada pagi hari, kecuali jika
pada malam harinya berjaga.
Yang
dimakruhkan adalah tidur setelah shalat subuh hingga matahari terbit, karena
waktu ini seperti barang rampasan perang. Bagi orang-orang yang mengadakan
perjalanan kepada Allah, waktu ini mempunyai banyak keutamaan. Sehingga
sekalipun sepanjang malam mereka berjaga, maka mereka tidak akan menggunakan
waktu ini untuk duduk-duduk saja, hingga terbitnya matahari, karena ini
merupakan awal siang dan kuncinya, waktu turunnya rezki dan datangnya barakah.
Secara umum, tidur yang paling bermanfaat ialah pada tengah malam yang pertama
dan seperenam yang terakhir, yang kira-kira selama delapan jam. Inilah waktu
tidur yang paling efektif menurut ilmu kedokteran. Jika kurang atau lebih,
tentu akan berpengaruh terhadap tabiat manusia. Sedangkan tidur yang tidak
bermanfaat adalah pada awal malam setelah matahari tenggelam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar