Yaitu seseorang
berwajah ceria, dan kebalikan berwajah ceria adalah bermasam muka, oleh karena
itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya :
Janganlah meremehkan sesuatu kebaikan walaupun engkau berjumpa dengan saudaramu
dengan wajah berseri-seri” [Hadits riwayat Muslim]
Berwajah ceria
akan memasukkan rasa senang pada orang yang engkau jumpai dan orang yang berhadapan
denganmu, mendatangkan rasa kasih sayang dan cinta, mendatangkan kelapangan
dalam hati, bahkan mendatangkan rasa lapang dada bagimu dan orang-orang yang
bertemu denganmu – cobalah niscaya akan kamu dapatkan ! – . Akan tetapi jika
engkau bermuka masam, maka orang lain akan lari darimu, mereka akan merasakan
ketidaksukaan untuk duduk denganmu serta berbicara denganmu. Dan boleh jadi
kamu akan ditimpa penyakit yang berbahaya yaitu yang dinamakan dengan tekanan
(batin). Karena berwajah ceria adalah obat yang mencegah dari penyakit ini,
yaitu penyakit tekanan (batin). Oleh karena itu para dokter menasehati orang
yang ditimpa penyakit ini untuk menjauhi dari hal-hal yang membangkitkan rasa
marah. Karena hal itu akan menambah penderitaannya, maka berwajah ceria akan
memusnahkan penyakit ini, karena manusia akan merasakan lapang dada dan
dicintai mahluk.
Ini adalah tiga
dasar, di mana pada tiga hal inilah berkisar sikap berakhlak baik dalam
bermuamalah dengan mahluk.
Dan dari hal
yang sepatutnya diketahui dalam berakhlak baik adalah bergaul dengan baik.
Yaitu dengan cara seseorang bergaul dengan temannya, sahabatnya, karib
kerabatnya dengan pergaulan yang baik, tidak membikin kesusahan dan kepedihan
mereka, tetapi mendatangkan rasa gembira sesuai dengan batasan-batasan syariat
Allah. Dan batasan ini haruslah batasan yang berdasarkan syariat Allah, karena
diantara manusia ada orang yang tidak gembira kecuali dengan perbuatan maksiat
kepada Allah, (kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu), yang
demikian tidak kita setujui. Akan tetapi memasukkan rasa senang kepada orang
yang berhubungan denganmu dari kalangan keluarga, teman, karit kerabat adalah
termasuk berakhlak baik, oleh karena itu Nabi bersabda:
“Artinya :
Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku
(terhadap) keluargaku adalah orang yang terbaik diantara kalian”. [Hadits
riwayat Ahmad, Ibnu Majah, dan Baihaqi]
Dan sangat
disayangkan banyak diantara manusia berakhlak baik kepada orang lain, akan
tetapi mereka tidak berakhlak baik kepada keluarganya, ini salah dan
membalikkan hak-hak, bagaimana mungkin kamu berbuat baik kepada orang-orang
jauh dan berbuat jelek kepada kerabat dekat ? karib kerabat adalah manusia yang
paling berhak kamu berhubungan dan bergaul dengan baik. Oleh karena itu
bertanya seorang lelaki kepada Rasulullah :
“Artinya :
Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku berbuat baik padanya
? Rasulullah menjawab : Ibumu, lalu ia bertanya lagi : lalu siapa ya Rasulullah
? Beliau menjawab : Ibumu, lalu lelaki itu bertanya lagi : lalu siapa ya
Rasulullah ? Beliau menjawab : ayahmu”. [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Intinya :
bahwasanya bergaul dengan baik kepada keluarga dan sahabat-sahabat, karib
kerabat, semua itu adalah termasuk berakhlak baik.
Dan sepatutnya
kita di tempat ini (tempat Syaikh Utsaimin menyampaikan ceramah) menampakkan
keberadaan pemuda dimana kita membiasakan mereka berakhlak baik, agar tempat
ini menjadi tempat pendidikan dan pengajaran, karena ilmu tanpa tarbiyah
(mendidik) terkadang mudharatnya (akibat jeleknya) lebih besar dari manfaatnya,
akan tetapi bersama dengan mendidik ilmu akan mengantarkan kepada hasil yang
diinginkan. Oleh Karena itu Allah berfirman
“Artinya :
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata):
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” [Ali Imran : 79]
Ini adalah
faedah ilmu, yaitu manusia menjadi Rabbaniyyin artinya mendidik hamba-hamba
Allah di atas syariat Allah.
Dan tempat ini
kami mengharapkan kepada pendirinya untuk menjadikannya sebagai tempat berlomba-lomba
dalam berakhlak utama diantaranya berakhlak baik. Dan berakhlak baik bisa
terjadi karena memang sudah tabiatnya atau karena usaha untuk berakhlak baik
(sebagaimana penjelasan lalu). Dan berakhlak baik karena memang sudah menjadi
tabiat adalah lebih sempurna dari berakhlak baik karena usaha untuk berakhlak
baik. Dan kami telah mendatangkan dalil tentang hal ini yaitu sabda Rasulullah.
“Artinya : Itu
telah Allah ciptakan untukmu”
Dan berakhlak
baik yang dihasilkan dari usaha untuk itu kadang-kadang banyak hal terlewatkan,
karena berakhlak baik dengan membuat-buat membutuhkan latihan, menahan dan
mengingat ketika mendapatkan hal yang membikin marah dari manusia. Oleh karena
datang seorang lelaki berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya :
Wahai Rasulullah, berikan aku wasiat, Rasulullah bersabda : janganlah kamu
marah”
Dan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya :
Bukanlah orang yang kuat itu pegulat, tetapi yang dinamakan orang kuat itu
adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah” [Hadits riwayat Bukhari
dan Muslim]
Apakah makna
“sor’ah”? “sor’ah” adalah seorang lelaki pegulat yang mengalahkan lawannya.
Bukanlah orang
yang kuat itu pegulat, tetapi yang dinamakan orang kuat itu adalah orang yang
mampu menguasai dirinya ketika marah, yaitu orang yang bergulat dengan jiwanya
dan menguasainya ketika marah itulah orang yang kuat.
Dan penguasaan
manusia terhadap jiwanya dianggap termasuk dari akhlak-akhlak yang baik. Jika
kamu marah maka janganlah meneruskan kemarahanmu, (tetapi) berlindunglah kepada
Allah dari syaitan yang terkutuk. Jika kamu marah (dalam keadaan berdiri) maka
duduklah, dan ketika kamu marah dalam posisi duduk maka berbaringlah, dan jika
rasa marah bertambah maka berwudhulah hingga hilang darimu rasa marah.
Maksudnya kami
mengatakan : Bahwa berakhlak baik itu terjadi secara tabiat dan upaya untuk
berakhlak baik. Dan berakhlak baik yang dihasilkan dari tabiat adalah lebih
utama ; karena sudah menjadi suatu perangai pada manusia dan ia akan mudah
dalam segala keadaan (untuk berakhlak baik). Akan tetapi berakhlak baik yang
dihasilkan dari upaya terkadang terlewatkan dalam beberapa kondisi.
Demikianlah
kami katakan bahwa berakhlak baik dapat diperoleh dengan berusaha, artinya
seseorang membiasakan dirinya. Lalu bagaimanakah manusia dapat berakhlak baik ?
manusia dapat berakhlak baik dengan hal-hal berikut ini:
Pertama :
Dengan melihat dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah, melihat dalil-dalil yang menunjukkan terpujinya akhlak yang agung ini. Dan seorang yang beriman jika melihat nash-nash yang memuji tentang akhlak atau
Dengan melihat dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah, melihat dalil-dalil yang menunjukkan terpujinya akhlak yang agung ini. Dan seorang yang beriman jika melihat nash-nash yang memuji tentang akhlak atau
Kedua :
Duduk dengan orang-orang yang baik dan shalih yang dipercaya dalam keilmuan mereka atau amanat mereka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Duduk dengan orang-orang yang baik dan shalih yang dipercaya dalam keilmuan mereka atau amanat mereka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya :
Permisalan teman duduk yang baik dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi
dan pandai besi, penjual minyak wangi tidak akan melukaimu, mungkin engkau
membelinya atau engkau mendapatkan baunya. Sedangkan pandai besi akan membakar
badanmu atau pakaianmu, atau engkau akan mendapatkan bau yang tidak sedap”.
[Hadits riwayat Bukhari]
Maka wajib
bagimu wahai pemuda, untuk berteman dengan orang-orang yang sudah dikenal
berakhlak baik dan menjauh dari akhlak yang jelek dan perbuatan yang hina,
hingga engkau mengambil dari teman itu “madrasah” darinya engkau mendapatkan
pertolongan untuk berakhlak baik.
Ketiga :
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang buruk, karena akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi, dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yang jelek.
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang buruk, karena akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi, dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yang jelek.
Maka jika
seseorang mengetahui bahwa berakhlak buruk itu mengantarkan kepada hal ini,
maka hendaknya ia menjauhinya.
Kita memohon
kepada Allah agar Dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang berpegang
kepada kitab Allah dan Sunnah Rasuk-Nya baik secara dhahir maupun batin dan
mewafatkan kita dalam keadaan yang demikian ini dan melindungi kita didunia
akhirat. Dan (melindungi) hati kita dari ketergelinciran sesudah Dia memberi
petunjuk kepada kita dan memberikan kepada kita rahmat-Nya, sesungguhnya Dia
Maha Pemberi.
[Disalin dari
Majalah Adz-Dzakhirah Al-Islamiyah Th I/No.06/1424/2003 hal. 9 - 14 Diterbitkan
: Ma'had Al-Irsayd Surabaya. Jl Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]

Tidak ada komentar:
Posting Komentar