Al-Waqar adalah sebagaimana didefinisikan oleh Al-Jahizh : “Al-Waqar
adalah menahan diri dari berbicara secara berlebihan, kesia-siaan, banyak
menunjuk dan bergerak dalam perkara yang tidak membutuhkan gerakan ; sedikit
amarahnya, tidak banyak bertanya, menahan diri dari menjawab, menjaga diri dari
ketergesaan, dan bersegera dalam seluruh perkara.” [Tahdzibul Akhlaq ; hal.22]
Rosulullah
menyukai umatnya berhias dengan akhlaq ketenangan dan al-waqar, bahkan ketika
mereka sedang dalam perjalanan menuju sholat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah,
dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam,
“Jika kalian
telah mendengar iqomat, maka berjalanlah menuju sholat. Dan hendaklah kalian
bersikap sakinah dan waqar.Janganlah kalian tergesa-gesa. Apa
yang kalian dapatkan maka sholatlah, dan apa yang terluput dari kalian
sempurnakanlah.” HR. Bukhari dan Muslim
Imam An-Nawawi
berkata sebagaimana disebutkan dalam Al-Fath (2/139) : “Perbedaan antara sakinah
dan waqar, bahwa sakinah ialah pelan-pelan/tidak tergesa-gesa dalam
gerakan dan menjauhi kesia-siaan, sedangkan waqar ialah dalam penampilan,
seperti menundukkan pandangan, menjaga suara, dan tidak menoleh.”
Rosulullah juga
mengabarkan bahwasanya tiada satu nabi pun yang diutus oleh Alloh melainkan
pasti menggembala kambing. Hal itu karena akibat yang diperoleh dengan
menggembala kambing berupa kasih sayang, simpati, dan memperoleh sakinah dan
waqar.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah, bahwasanya Rosulullah bersabda , “Kecongkakan dan
kesombongan berada pada pemilik onta, sedangkan as-sakinah dan al-waqar
berada pada pemilik kambing.” HR. Bukhari dan ini adalah lafadznya Muslim
Hal-hal yang
bisa membantu dalam meraih al-waqar diantaranya :
1. Ilmu dan
mengamalkannya
Al-Hasan
rahimahullah berkata : “Dahulu seseorang mencari ilmu, lalu tak lama kemudian
hal itu terlihat dalam khusyu’nya, hadyu-nya, lisannya, penglihatannya
dan kebajikannya.” [Syu'abul Iman 8/427]
2. Mengagungkan
Alloh ‘azza wa jalla
Barangsiapa
menginginkan al-waqar, maka dia harus mengagungkan Alloh dengan
sebenar-benarnya. Barangsiapa yang tidak mengagungkan Alloh dalam kitab-Nya dan
Sunnah Nabi-Nya dengan mengilmuinya dan beradab dengan adab keduanya, maka
sesungguhnya Alloh tidak akan melemparkan waqar maupun kewibawaan untuknya ke
dalam hati manusia. Bahkan waqar dan kewibawaannya akan gugur dari hati mereka.
3. Malu
Waqar merupakan salah satu buah dari rasa malu.
Diriwayatkan dari Busyair bin Ka’b, dia berkata : “Tertulis didalam hikmah,
‘Sesungguhnya diantara rasa malu adalah waqar, dan sesungguhnya diantara rasa
malu adalah sakinah’.” HR. Bukhari (6117)
4. Tetap Diam
Tetap diam
kecuali dari kebenaran untuk kamu terangkan, atau kebatilan untuk kamu bantah,
atau sesuatu yang memang engkau punya kepentingan terhadapnya.
Sebagian orang
yang fasih mengatakan : “Tetaplah diam, karena hal itu akan membuatmu
memperoleh ketulusan cinta, memberimu rasa aman dari akibat yang jelek,
memakaikanmu pakaian al-waqar, dan mencukupkanmu dari beban meminta
maaf.” [Adabud Dunya wad Din hal.275]
Itulah beberapa
perkara yang bisa membantu dalam meraih al-waqar. Pantaslah seorang muslim
melatih dirinya dengan perkara-perkara tsb sehingga menjadi tabiat dan
karakternya.
Diantara orang
yang padanya terkumpul sifat-sifat tsb secara keseluruhan adalah Al-Imam Malik
bin Anas rahimahullah, hingga dikatakan tentangnya :
Dia tidak
menjawab, namun tidak ada yang mengulangi (permintaan untuk menjawab) karena
kewibawaan
dan para
penanya dalam keadaan menundukkan dagu
Cahaya
kewibawaan dan kemuliaan kekuatan taqwa
maka diapun
disegani padahal dia bukanlah raja
-diringkas dari
kitab At-Tajj al Mafquud karya Faishal bin Abduh Qa’id Al-Hasyidi ;
edisi bahasa indonesia “Mahkota yang Hilang” penerbit Cahaya Ilmu Press-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar